Selamat Datang

Blog ini 99% hasil copy paste, hehehehehe.....
selamat membaca

Sabtu, 30 Januari 2010

Biografi KH.Ruhiat (Abah Cipasung)


'KH. Ruhiat'
Lahir 11 November 1911
Cipasung, Tasikmalaya
Meninggal 28 November 1977 (umur 66)
Cipasung, Tasikmalaya
Kewarganegaraan Indonesia
Nama lain Abah Ruhiat
Pekerjaan Pimpinan Pesantren
Pahlawan Nasional
Keyakinan agama Islam
Suami/Istri Hj. Aisyah
Hj. Badriyah
Anak 25 putra-putri


KH. Ruhiat adalah tokoh terkenal pada zamannya karena dialah pendiri pesantren Cipasung, Singaparna, Tasikmalaya. Namun generasi saat ini kurang lagi mengenal ketokohannya. Bahkan puteranya yaitu KH Iyas Ruhiat lebih dikenal apalagi setelah menduduki jabatan tertinggi di NU sebagai Rais Aam. Hal itu bisa dimengerti, kiai sepuh tersebut telah meninggal 29 tahun lalu. Tanggal 17 Dzulhijjah 1426 H yang bertepatan dengan 17 Januari 2006, adalah haul (peringatan hari wafat) ke-29 KH. Ruhiat.

Pesantren Cipasung saat ini merupakan pesantren terbesar dan paling berpengaruh di Jawa Barat. Perannya dalam penyiaran agama, pengembangan masyarakat dan menjaga harmoni sosial sangat besar. Selain keteguhannya mengembangkan pesantren yang responsif pada perkembangan dunia pendidikan, pada masa penjajahan, Ajengan Ruhiat juga seorang patriot yang mengorbankan tenaga dan pikirannya untuk kemerdekaan Republik Indonesia.

Jika syarat seorang pahlawan nasional adalah mendukung kemerdekaan sejak awal mula diproklamasikan, maka Ajengan Ruhiat (AR) memenuhi syarat itu. Tak lama setelah berita Proklamasi Kemerdekaan sampai ke Cipasung, AR segera pergi ke kota Tasikmalaya. Dengan menghunus pedang, ia berpidato di babancong, podium terbuka yang tak jauh dari Pendopo Kabupaten. Ia menyatakan dengan tegas bahwa kemerdekaan yang sudah diraih cocok dengan perjuangan Islam, oleh karenanya harus dipertahankan dan jangan sampai jatuh kembali ke tangan penjajah. Ia meneriakkan pekik merdeka seraya menghunus pedangnya itu. Dia tokoh Islam pertama di Tasikmalaya yang melakukan hal itu.

Ketika pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) berlangsung, ia tak goyah sekalipun gangguan dari pihak DI sangat kuat. Ia menolak tawaran menjadi salah seorang imam DI. Ia menampik gerakan yang disebutnya ‘mendirikan negara di dalam negara’ itu, karena melihatnya sebagai bughat (pemberontakan) yang harus ditentang. Puncaknya ia hampir diculik oleh satu regu DI, tetapi berhasil digagalkan. Akibat sikapnya yang tegas itu ia mengalami keprihatinan yang luar biasa, karena terpaksa harus mengungsi setiap malam hari, selama tiga tahun lamanya.

Kegigihannya sebagai seorang pejuang dibuktikan dengan pernah dipenjara tak kurang dari empat kali. Pertama, pada tahun 1941 ia dipenjara di Sukamiskin selama 53 hari bersama pahlawan nasional KH. Zainal Mustafa. Alasan penahanan ini karena Pemerintah Hindia Belanda cemas melihat kemajuan Pesantren Cipasung dan Sukamanah yang dianggap dapat mengganggu stabilitas kolonial. Kedua, bersama puluhan kiai ia dijebloskan ke penjara Ciamis. Ia hanya tiga hari di dalamnya karena keburu datang tentara Jepang yang mengambil alih kekuasaan atas Hindia Belanda tahun 1942. Ketiga, tahun 1944 ia dipenjara oleh pemerintah Jepang selama dua bulan, sebagai dampak dari pemberontakan KH. Zainal Mustofa di Sukamanah. Pada saat itu, Ajengan Cipasung dan Sukamanah lazim disebut dua serangkai dan sama-sama aktif dalam organisasi Nahdlatul Ulama (NU).

Kecintaan sang Ajengan pada NU sangat mendalam, oleh karena itu pada saat Ajengan Sukamanah berbulat tekad untuk melawan Jepang, keduanya membuat kesepakatan. Ajengan Sukamanah tidak akan melibatkan NU secara organisasi dan perjuangannya bersifat pribadi, agar NU tidak menjadi sasaran tembak tentara Jepang. Secara organisatoris, Ajengan Sukamanah menyatakan keluar dari NU (Aiko Kurasawa,1993). Dengan kesepakatan ini, jika terjadi akibat buruk dari perlawanannya--sesuatu yang sudah mereka perhitungkan--, organisasi NU tidak akan terbawa-bawa dan AR tetap bisa mengembangkan NU di Tasikmalaya dan Jawa Barat. Kesepakatan itu dibuktikan oleh Ajengan Ruhiat lewat keterlibatannya di NU sampai ke tingkat pusat.

Karirnya di PBNU dibuktikan dengan menjadi A’wan (pembantu) Syuriah PBNU periode 1954-56 dan 1956-59, serta perkembangan NU di Tasikmalaya dan Jawa Barat yang ditunjang oleh para alumni Cipasung. Keempat, ia dijebloskan ke penjara Tasikmalaya selama sembilan bulan pada aksi polisionil kedua, dan dibebaskan setelah penyerahan kedaulatan. Ini membuktikan bahwa AR seorang non-kooperatif sehingga sangat dibenci penjajah yang membonceng pasukan NICA itu. Sebelum masuk penjara yang terakhir itu, sepasukan tentara Belanda datang ke pesantren pada waktu ia sedang solat ashar bersama tiga orang santrinya. Tanpa peringatan apapun, tentara Belanda itu memberondongkan peluru ke arah mereka yang sedang solat. AR luput dari tembakan, tetapi dua santrinya tewas dan seorang lagi cedera di kepala.

Mungkin ia tidak disebut sebagai pahlawan karena tidak pernah menduduki jabatan dalam pemerintahan, sebab konsisten memilih jalur pendidikan pesantren sebagai pengabdiannya, bahkan sebagai tarekat-nya. “Tarekat Cipasung adalah mengajar santri,” ujarnya. Atau karena tidak pernah menjadi politisi yang berjuang di parlemen. Sebab katanya, “Biarlah bagian politik itu sudah ada ahlinya, Akang memimpin pesantren saja, jangan sampai semua ke politik. Kalau pesantren ditinggalkan, bagaimana nanti jadinya negara merdeka ini kalau penduduknya tidak berahlak agama?” Melihat track record-nya di atas, sesungguhnya tidak berlebihan jika ajengan patriot itu mendapat pengakuan sebagai Pahlawan Nasional.

Jumat, 29 Januari 2010

SILSILAH KEILMUAN PONPES CIPASUNG singaparna tasikmalaya

1. Jibril 'alaihissalam
2. Nabi Muhammad bin 'Abdullah shallallahu 'alaihi wasallam
http://ar.wikipedia.org/wiki/محمد_بن_عبد_الله
3. 'Abdullah bin Umar Ash-Shohabi radliyallahu 'anhu
http://ar.wikipedia.org/wiki/عبد_الله_بن_عمر_بن_الخطاب
4. Nafi' At-Tabi'i
http://ar.wikipedia.org/wiki/نافع
5. Malik bin Annas
http://ar.wikipedia.org/wiki/مالك_بن_أنس
6. Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i
http://ar.wikipedia.org/wiki/محمد_بن_إدريس_الشافعي
7. Abu Ibrahim bin 'Ismail Al-Mazani
http://ar.wikipedia.org/wiki/المزني
8. Jalaluddin 'Abdurrahman bin Kamal As-Suyuthi
http://ar.wikipedia.org/wiki/جلال_الدين_السيوطي
9. Imam Al-Haramain Abul Ma'ali 'Abdul Malik bin 'Abdullah Al-Juwaini
http://ar.wikipedia.org/wiki/أبو_المعالي_الجويني
10. Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali
http://ar.wikipedia.org/wiki/أبو_حامد_محمد_بن_محمد_الغزالي
11. Abul Qasim 'Abdul Karim bin Muhammad Al-Qazwaini Ar-Rafi'i
http://www.aslein.net/archive/index.php/t-113.html
12. Kamal Sya'ri
13. Muhyiddin Yahya bin Syarf An-Nawawi
http://ar.wikipedia.org/wiki/يحيى_بن_شرف_النووي
14. 'Abdurrohman Al-'Iraqi
15. 'Umar Al-Balqani
16. Abu Nashr Tajuddin 'Abdul Wahab bin 'Ali As-Subki
http://ar.wikipedia.org/wiki/تاج_الدين_السبكي
17. Muhammad bin Ahmad Al-Mahalli
18. Syaikhul Islam Zakaria bin Muhammad Al-Anshori
http://quran.maktoob.com/vb/quran32429/
19. Ibn Hajar Al-Haitami
http://www.shiaweb.org/books/madafea_alfoqafaa/pa9.html
20. Zainuddin bin 'Abdul Aziz Al-Malaibari
http://www.furat.com/index.php?page=authorinfo&a_id=4154
21. Ahmad bin Zain bin Ahmad bin Dahlan Al-Makki
http://www.al-yemen.org/vb/showthread.php?t=271557
22. Muhammad Nawawi bin 'Umar Al-Jawi Al-Bantani At-Tanari
http://www.pondokpesantren.net/ponpren/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=107
23. Muhammad Kholil Al-Maduri Al-Bangkalani
http://berdzikir.wordpress.com/2009/07/30/kh-kholil-bangkalan/#more-296
24. Agan Aon KH. Ahmad Suja'i Mama Mangunreja
25. KH. Ruhiat bin 'Abdul Ghafur
http://id.wikipedia.org/wiki/Ruhiat
26. Para Keluarga & Santri Cipasung

SYEKH NAWAWI Al'Bantany

Sayid ’Ulamail Hijaz adalah gelar yang disandangnya. Sayid adalah penghulu, sedangkan Hijaz wilayah Saudi sekarang, yang di dalamnya termasuk Mekah dan Madinah. Dialah Syekh Muhammad Nawawi, yang lebih dikenal orang Mekah sebagai Nawawi al-Bantani, atau Nawawi al-Jawi seperti tercantum dalam kitab-kitabnya.

Al-Bantani menunjukkan bahwa ia berasal dari Banten, sedangkan sebutan al-Jawi mengindikasikan musalnya yang Jawah, sebutan untuk para pendatang Nusantara karena nama Indonesia kala itu belum dikenal. Kalangan pesantren sekarang menyebut ulama yang juga digelari asy-Syaikh al-Fakih itu sebagai Nawawi Banten.

Muhammad Nawawi lahir pada 1230 H (1815 M) di Tanara, sekitar 25 km arah utara Kota Serang. Ayahnya, Umar ibnu Arabi, adalah penghulu setempat. Ia sendiri yang mengajar putra-putranya (Nawawi, Tamim, dan Ahmad) pengetahuan dasar bahasa Arab, Fikih, dan Tafsir.

Kemudian mereka melanjutkan pelajaran ke Kiai Sahal, masih di Banten, dan setelah itu mesantren ke Purwakarta, Jawa Barat, kepada Kiai Yusuf yang banyak santrinya dari seluruh Jawa. Masih remaja ketika mereka menunaikan ibadah haji, Nawawi baru berusia 15 tahun, dan tinggal selama tiga tahun di mekah. Tapi, kehidupan intelektual Kota Suci itu rupanya mengiang-ngiang dalam diri si sulung, sehingga tidak lama setelah tiba di Banten ia mohon dikembalikan lagi ke Mekah. Dan di sanalah ia tinggal sampai akhir hayatnya. Ia wafat pada 25 Syawwal 1314 H/1897 M. Kabar lain menyebutkan kembalinya ke Tanah Suci, setelah setahun di Tanara meneruskan pengajaran ayahnya, disebabkan situasi politik yang tidak menguntungkan. Agaknya keduanya benar.

Di Mekah, selama 30 tahun Nawawi belajar pada ulama-ulama terkenal seperti Syekh Abdul Gani Bima, Syekh Yusuf Sumbulaweni, Syekh Nahrawi, dan Abdul Hamid Daghestani, selain pada Khatib Sambas, pemimpin tarekat Qadiriah, penulis kitab Fathul Arifin, bacaan pengamal tarekat di Asia Tenggara. Samba juga merupakan guru tokoh di balik pemberontakan petani Banten (1888), KH Abdul Karim alias Kiai Agung, yang menjelang ajal sang guru dipanggil kembali ke Mekah untuk menggantikan kedudukannya.

Dalam penggambaran Snouck Hurgronje, Syekh Nawawi adalah orang yang rendah hati. Dia memang menerima cium tangan dari hampir semua orang di Mekah, khususnyan orang Jawa, tapi itu hanya sebagai penghormatan kepada ilmu. Kalau ada orang yang meminta nasihatnya di bidang fikih, dia tidak pernah menolaknya.

Snouck Hurgronje pernah menanyakan, mengapa dia tidak mengajar di Masjid al-Haram, Syekh Nawawi menjawab bahwa pakaiannya yang jelek dan kepribadiannya yang tidak cocok dengan kemulian seorang profesor berbangsa Arab. Sesudah itu Snouck mengatakan bahwa banyak orang yang tidak berpengetahuan tidak sedalam dia, toh mengajar di sana juga. Nawawi menjawab, “Kalau mereka diizinkan mengajar di sana, pastilah mereka cukup berjasa untuk itu”.(Lihat, Steenbrink, Beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia, h. 117-122)

Pada tahun 1860-1970, Nawawi mulai aktif memberi pengajaran. Tapi itu dijalaninya hanya pada waktu-waktu senggang, sebab antara tahun-tahun tersebut ia sudah sibuk menulis buku-buku. Di antara murid-muridnya yang berasal dari Indonesia adalah:
KH Hasyim Asy’ari, Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Kelak bersama KH Wahab Hasbullah mendirikan Nahdlatul Ulama (NU).
KH Khalil, Bangkalan, Madura, Jawa Timur.
KH Mahfudh at-Tarmisi, Tremas, Jawa Timur.
KH Asy’ari, Bawean, yang kemudian diambil mantu oleh Syekh Nawawi dinikahkan dengan putrinya, Nyi Maryam.
KH Nahjun, Kampung Gunung, Mauk, Tangerang, yang dijadikan mantunya (cucu).
KH Asnawi, Caringin, Labuan (kelak memimpin Sarekat islam di Banten).
KH Ilyas, Kragilan, Serang.
KH Abdul Ghaffar, Tirtayasa, Serang.
KH Tubagus Bakri, Sempur, Purwakarta.
KH Mas Muhammad Arsyad Thawil, Tanara, Serang, yang kemudian dibuang Belanda ke Manado, Sulawesi Utara, karena peristiwa Geger Cilegon.

Mata pelajaran yang diajarkan Nawawi meliputi Fikih, Ilmu Kalam, Tasawuf/Akhlak, Tafsir, dan Bahasa Arab.



Karya-karyanya

Setelah tahun 1870 Nawawi memusatkan kegiatannya hanya untuk mengarang. Dan boleh dikata, Nawawi adalah penulis yang subur, kurang lebih dari 80 kitab yang dikarangnya. Tulisan-tulisannya meliputi karya pendek, berupa berbagai pedoman ibadah praktis, sampai tafsir al-Qur’an – sebagian besarnya merupakan syarah kitab-kitab para pengarang besar terdahulu.

Berikut contoh beberapa karya Nawawi, mulai dari fikih, tafsir, sampai bahasa Arab, yang kita kutip dari H Rafiuddin (Sejarah Hidup dan Silsilah al-Syeikh Kyai Muhammad Nawawi Tanari, 1399 H):

Sulam al-Munajah, syarah atas kitab Safinah ash-Shalah, karya Abdullah ibn Umar al-Hadrami.

Al-Tsimar al-Yaniat fi riyadl al-Badi’ah, syarah atas kitab Al-Riyadl al-Badi’ah fi Ushul ad-Din wa Ba’dhu furu’usy Sar’iyyah ’ala Imam asy-Syafi’i karya Syekh Muhammad Hasballah ibn Sulaiman.

Uqud al-Lujain fi Bayani Huquq al-Jawazain, kitab fikih mengenai hak dan kewajiban suami-istri

Nihayatuz Zain fi Irsyad al-Mubtadiin, syarah atas kitab Qurratul ’aini bi muhimmati ad-din, karya Zainuddin Abdul Aziz al-Maliburi.

Bahjat al-Wasil bi Syarhil Masil, syarah atas kitab Ar-Rasail al-Jami’ah Baina Ushul ad-Din wal-Fiqh wat-Tasawuf, karya Sayid Ahmad ibn Zein al-Habsyi.

Qut al-Habib al-Ghaib, Hasyiyah atas syarah Fathul Gharib al-Mujib karya Muhammad ibn Qasyim al-Syafi’i.

Asy-Syu’ba al-Imaniyyat, ringkasan atas dua kitab yaitu Niqayyah karya al-Sayuthi dan al-Futuhat al-Makiyyah karya Syekh Muhammad ibn Ali.

Marraqiyyul ’Ubudiyyat, syarah atas kitab Bidayatul Hidayah karya Abu hamid ibn Muhammad al-Ghazali .

Tanqih al-Qaul al-Hadits, syarah atas kitab Lubab al-Hadits karya al-Hafidz Jalaluddin Abdul Rahim ibn Abu Bakar as-Sayuthi.

Murah Labib li Kasyfi Ma’na al-Qur’an al-Majid, juga dikenal sebagai Tafsir Munir.
Qami’al Thughyan, syarah atas Syu’ub al Iman, karya Syekh Zaenuddin ibn Ali ibn Muhammad al-Malibari.


Salalim al-Fudlala, ringkasan/risalah terhadap kitab Hidayatul Azkiya ila Thariqil Awliya, karya Zeinuddin ibn Ali al-Ma’bari al-Malibari.

Nasaih al-Ibad, syarah atas kitab Masa’il Abi Laits, karya Imam Abi Laits.

Minqat asy-Syu’ud at-Tasdiq, syarah dari Sulam at-Taufiq karya Syeikh Abdullah ibn Husain ibn Halim ibn Muhammad ibn Hasyim Ba’lawi.

Kasyifatus Saja, syarah atas kitab Syafinah an-Najah, karya Syekh Salim ibn Sumair al-Hadrami.


Dalam pada itu, YA Sarkis menyebut 38 karya Nawawi yang penting, yang sebagiannya diterbitkan di Mesir. Misalnya Murah Labib, yang juga dikenal sebagai Tafsir Munir.

Berikut beberapa contoh karya Nawawi yang penting yang terbit di Mesir (Dhofier, 86):

Syarah al-Jurumiyah, isinya tentang tata bahasa Arab, terbit tahun 1881.

Lubab al-Bayan (1884).

Dhariyat al-Yaqin, isinya tentang doktrin-doktrin Islam, dan merupakan komentar atas karya Syekh sanusi, terbit tahun 1886.

Fathul Mujib. Buku ini merupakan komentar atas karya ad-Durr al-Farid, karya Syekh Nahrawi (guru Nawawi) terbit tahun 1881.

Dua jilid komentar tentang syair maulid karya al-Barzanji. Karya ini sangat penting sebab selalu dibacakan dalam perayaan-perayaan maulid.

Syarah Isra’ Mi’raj, juga karangan al-Barzanji.

Syarah tentang syair Asmaul Husna.
Syarah Manasik Haji karangan Syarbini terbit tahun 1880.

Syarah Suluk al-Jiddah (1883)

Syarah Sullam al-Munajah (1884) yang membahas berbagai persoalan ibadah.

Tafsir Murah Labib.


Syekh Nawawi menjadi terkenal dan dihormati karena keahliannya menerangkan kata-kata dan kalimat-kalimat Arab yang artinya tidak jelas atau sulit dimengerti yang tertulis dalam syair terkenal yang bernafaskan keagamaan. Kemasyhuran Nawawi terkenal di hampir seluruh dunia Arab. Karya-karyanya banyak beredar terutama di negara-negara yang menganut faham Syafi’iyah. Di Kairo, Mesir, ia sangat terkenal. Tafsirnya Murah Labib yang terbit di sana diakui mutunya dan memuat persoalan-persoalan penting sebagai hasil diskusi dan perdebatannya dengan ulama al-Azhar.

Di Indonesia khususnya di kalangan pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan Islam, serta peminat kajian Islam Syekh Nawawi tentu saja sangat terkenal. Sebagian kitabnya secara luas dipelajari di pesantren-pesantren Jawa, selain di lembaga-lembaga tradisional di Timur tengah, dan berbagai pemikirannya menjadi kajian para sarjana, baik yang dituangkan dalam skripsi, tesis, disertasi, atau paper-paper ilmiah, di dalam maupun luar negeri.

Beberapa karya ilmiah tentang Syekh Nawawi yang ditulis sarjana kita antara lain:
Ahmad Asnawi, Pemikiran Syekh Nawawi al-Bantani tentang Af’al al-’Ibad (Perbuatan Manusia), (Tesis Magister IAIN Jakarta, 1984).
Ahmad Asnawi, Penafsiran Syekh Muhammad nawawi tentang Ayat-ayat Qadar. (Disertasi Doktor IAIN Jakarta, 1987).
Hazbini, Kitab Ilmu Tafsir Karya Syeikh Muhammad Nawawi, (Tesis Magister IAIN Jakarta, 1996).
MA Tihami, Pemikiran Fiqh al-Syeikh Muhammad Nawawi al-Bantani, (Disertasi Doktor IAIN Jakarta, 1998).
Sri Mulyati, Sufism in Indonesia: Analysisof Nawawi al-Bantani’s Salalim al-Fudhala, (Tesis Mgister McGill University, Kanada, 1992).
Muslim Ibrahim Abdur Rauf, Al-Syeikh Muhammad Nawawi al-Jawi: Hayatuhu wa Atsaruhu fi al-Fiqh al-Islami. (Tesis Magister, Al-Azhar University, Kairo, 1979).

Al'Mukhtar (malam minggu)


Disini kami duduk bersila
membentuk lingkaran sakral
pengabdian dan pengharapan
bersama para malaikat, Ruh,
dan para kekasih pilihan-Mu...

disini kami bersatu,
menata hati, membuka cakra
mengolah hawa murni menjadi rasa...

lantunan Asma-Mu dan Sholawat atas junjunan ku
semoga menjadi Shahadat penyaksian kami
menetes menjadi embun sejukkan hati
dan tulang sum" kami

perlahan-lahan Doa menguap dari ubun" kami
serupa benang sutra halus
menjulur hingga ke langit...hingga ke langit....

Tuhanku...inilah kami...

Ilusi


Dunia adalah sesuatu yang berada dalam aturan ada dan tiada. Dunia selalu berputar dalam siklus ada dan tiada.

Saat ada, dunia seakan berdaya – penuh dengan energi. Saat tiada hilanglah daya kekuatannya. Saat memegang sebuah jabatan, seakan demikian powerfull. Saat jabatan itu dicopot hilanglah daya energinya.

Bahkan, saat masih ada pun dunia bisa kehilangan energinya. Di kota ramai yang makmur uang, emas dan permata sedemikian berharga. Uang emas dan permata lebih mahal dari sepotong roti dan seteguk air. Namun, apa yang terjadi di padang pasir yang tandus ? Manakah yang lebih berharga uang, emas dan permata ataukah sepotong roti dan seteguk air ?

Dunia bukan pemilik energi yang sebenarnya. Energi yang ditampakkan dunia adalah energi semu. Energi dunia hanya ilusi.

Ilusi adalah sesuatu yang nampaknya nyata ada namun sebenarnya tidak ada. Ketika ada seakan mempunyai kekuatan. Namun, ketika tiada nampak jelas tidak adanya kekuatan yang dia miliki. Yang nampak ada sebenarnya hanyalah fatamorgana.

Kita melihat bulan terang. Seakan bulan itu memiliki dan memancarkan cahaya. Ia seakan mempunyai kekuatan untuk membuat bahagia penghuni dunia. Namun, bila orang memahami yang sebenarnya, bulan tidaklah bercahaya. Ia hanya memantulkan cahaya matahari. Tanpa matahari bulan kehilangan terangnya. Bahkan, ketika matahari telah tampak hilanglah kekuatan terangnya bulan.

Bangunlah energi sejati. Gantilah energi yang semu. Buanglah energi yang palsu. Janganlah terpesona oleh sekedar ilusi. Janganlah mengejar fatamorgana.

Senin, 25 Januari 2010

PENYAKIT PSIKOSOMATIK


Psikosomatik adalah gangguaan fisik yang disebabkan oleh faktor-faktor kejiwaan dan sosial. Seseorang jika emosinya menumpuk dan memuncak maka hal itu dapat menyebabkan terjadinya goncangan dan kekacauan dalam dirinya. Jika faktor-faktor yang menyebabkan memuncaknya emosi itu secara berkepanjangan tidak dapat dijauhkan, maka ia dipaksa untuk selalu berjuang menekan perasaannya. Perasaaan tertekan, cemas, kesepian dan kebosanan yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kesehatan fisiknya. Jadi Psikosomatik dapat disebut sebagai penyakit gabungan, fisik dan mental, yang dalam bahasa Arab disebut nafsajasadiyyah atau nafsabiolojiyyah. Yang sakit sebenarnya jiwanya, tetapi menjelma dalam bentuk sakit fisik.
Sindroma psikosomatik mempunyai gejala fisik berupa; (1) penyakit salah satu sistem tubuh yang paling rentan bagi pasien, misalnya; asma (sistem respiratorius), neurodermatitis (sistem integumentum), ulkus peptikum (sistem digestivus), artritis rematik (sistem muskuloskeletal), PJK dan aritmia (sistem kardiovaskuler), dan migrain (sistem neurologik). Pada sindroma psikosomatik ini dijumpai pula (2) patologi organ (+) dan (3) mekanisme patofisiologik (+).
Gejala psikis berupa (1) munculnya gejala sistem tersebut berkaitan dengan waktu dan stimulus lingkungan yang secara psikologis bermakna bagi pasien dan (2) faktor psikologis tersebut bukan merupakan gangguan mental yang spesifik.

PENANGANAN PSIKOSOMATIS
Masuk ke Alam Bawah Sadar, Atasi Masalah Psikosomatik
HIPNOSIS dan hipnoterapi dari hari ke hari kian banyak “penggemarnya”. Bahkan, tak hanya orang dewasa yang menjalani terapi tersebut untuk membantu penyembuhan berbagai penyakit, tetapi juga anak-anak yang mempunyai kesulitan belajar di sekolahnya. Hipnoterapi memang merupakan salah satu cara yang sangat mudah, cepat, efektif, dan efisien dalam menjangkau pikiran bawah sadar, melakukan reedukasi, dan menyembuhkan pikiran yang sakit.

Menurut APA (American Psychological Association), Dictionary of Psychology, edisi 2007, bukti-bukti ilmiah menunjukkan hipnoterapi dapat bermanfaat mengatasi hipertensi, asma, insomnia, manajemen rasa nyeri akut maupun kronis, anorexia, nervosa, makan berlebih, merokok, dan gangguan kepribadian. Hasil guna sebagai "terapi pendukung" dalam beberapa penyakit juga telah terbukti.
"Dengan mengistirahatkan pikiran sadar (conscious mind) melalui hipnosis, seseorang dapat diberikan memori, saran, atau sugesti yang dapat memprogram ulang pikiran bawah sadarnya untuk berbagai tujuan positif," kata Ferdiansyah Setiadi Setiawan, S.I.P., CI, CHt, CH, instruktur hipnoterpi, hipnoterapi, Ketua IBH (The Indonesian Board of Hypnotherapy) Chapter Bandung.
Benarkah seseorang yang berada dalam pengaruh hipnosis dapat melakukan apa saja sesuai kemauan sang penghipnosis? Jawabannya, tidak. "Seseorang hanya bisa dihipnosis apabila mereka tidak menolak. Sebaliknya, mereka yang menolak untuk dihipnosis apalagi di-”program” untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan moral, nilai, maupun sistem kepercayaannya tidak akan bisa dihipnosis



Gangguan psikosomatik, tanggulangi dengan ibadah dan kekebalan stress.
Penyembuhan seseorang akibat gangguan psikosomatik ini tidak hanya berupa obat-obatan yang disesuaikan dengan gejala yang timbul tapi juga dengan menganjurkan pola hidup yang baik, olah raga, menyalurkan hobi, dan yang juga sangat penting adalah meningkatkan ibadah. Dengan peningkatan motivasi beribadah dan sikap beribadah, maka pasien akan memperkuat mental dan psikisnya , dan mendapat ketenangan.
Ibadah adalah amalan yang diniatkan untuk berbakti kepada Allah SWT, dengan menjauhi laranganNya dan melaksanakan perintahNya, yang pelaksanaanya diatur, secara syariah. Jadi perilaku Ibadah adalah sikap seseorang untuk berbakti kepada Allah untuk mencapai tujuan hidupnya, yaitu mendapat ridho Allah..
Bagaimana kita menanggulangi stress agar terhindar dari psikosomatik , adalah dengan beribadah yang iklash. Allah berfirman dalam Al-Quran ” Katakanlah ,’Sesungguhnya Shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam ” (al-An’amm:162). QS Az-zumar 39:2 : Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.



Menurut Dadang Hawari, istilah stress dan depresi sering kali tidak dapat dipisahkan, setiap permasalahan kehidupan yang menimpa seseorang (disebut stresor psikososial) dapat menyebabkan gangguan fungsi/faal organ tubuh. Reaksi tubuh (fisik) ini disebut stress, dan manakala fungsi organ-organ tubuh tersebut sampai terganggu dinamakan distress. karena stress tidak dapat dihindari yang penting bagaimana manusia itu dapat menyikapi hidupnya tampa harus mengalami distress.
Dasar-dasar psikopatofisiologi , gangguan psikis/konflik emosi yang menimbulkan gangguan psikosomatik ternyata juga diikuti dengan perubahan fisiologis dan biokemis pada tubuh seseorang, dan perubahan fisiologi ini berkaitan erat dengan adanya gangguan sistem syaraf outonom vegetatif, sistem endokrin dan sistem imun
Motivasi adalah kecenderungan yang timbul pada seseorang untuk melakukan sesuatu aksi atau tindakan dengan tujuan tertentu yang dikehendakinya. Dengan motivasi, kita akan mengukur prilaku orang tersebut , bagaimana ia memberi perhatian, mengetahui relevansi antara motivasi dan kebutuhannya, kepercayaan dirinya dan hasil yang dirasakannya setelah ia melaksanakan motivasi, yang kemudian oleh peneliti di nilai sikap dan prilakunya .
Motivasi dan sikap beribadah yang iklash dapat dijadikan alternatif sebagai psikoterapi suportif yang dapat mestabilkan hormon stress yang biasanya terpicu dalam jumlah banyak ketika stresor yang datang bertubi-tubi dan menyebabkan gejala-gejala psikosomatik. Sebelum gejala tersebut berkepanjangan, pasien di motivasi untuk mempertinggi ibadahnya sehingga selain diberikan pengobatan somatoterapi, maupun manipulasi lingkungan juga kita memberi beberapa tuntunan Ibadah seperti menjalankan solat 5 waktu tepat waktu, solat tahajud pada sepertiga malam terakhir, puasa sunah , zikir dan sodaqah. Nasehat secara verbal dapat memberi support kepada pasien agar dapat menjalankan hidup ini lebih rileks dan
Dengan memberikan motivasi yang dapat menimbul motivasi intrinsik dari diri sendiri iklash menjalankan ibadah seperti yang diperintahkan dalam rukun Islam seperti Shallat, puasa, zikir, zakat dan shodaqah, haji dengan iklash diharapkan hati ini dapat menjadi lebih tenang, ketenangan akan menanggulangi stress dan pencegahan terhadap psikosomatik.
Dalam beribadah kita memerlukan motivasi untuk menggerakkan sikap, tanpa ada motivasi yang didasari keiklasan, apalagi semata-mata hanya menjalankan kewajiban, maka ibadah tersebut menjadi kering tampa makna. Bila kita membaca Quran tampa mengerti artinya , nasehat Allah kepada kita tidak akan masuk dalam dalam hati maupun jiwa kita.Bila tidak tertanam dalam jiwa, bagaimana mengamalkannya? Dalam Surah Fushilat :44 Allah berfirman”Qul huwa lil ladziina aamanuu hudaw wa syifaa ” yang artinya ” katakanlah :”Al-quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman”(QS, 41;44)
Dengan memberikan motivasi yang dapat menimbul motivasi intrinsik dari diri sendiri iklash menjalankan ibadah seperti yang diperintahkan dalam rukun Islam seperti Shallat, puasa, zikir, zakat dan shodaqah, haji dengan iklash diharapkan hati ini dapat menjadi lebih tenang, ketenangan akan menanggulangi stress dan pencegahan terhadap psikosomatik.

Rabu, 20 Januari 2010

RIYADOH BATINIYYAH



BAGIAN PERTAMA

Makna Dzikir Do’a dan Tawasul

A. Dzikir

dzikir adalah bentuk masdar dari lapadz dzakara yadzkuru dzikran yanga artinya menyebut atau mengingat. Secara substansi makna dzikir adalah mengingat atau menyebut nama Allah Swt dalam rangka ibadah kepada-Nya. Aktivitas dzikir dapat dilakukan dengan lisan dengan pengucapan, maupun badan dalam bentuk perbuatan-perbuatan yang diperintah oleh Allah Swt, seperti shalat melalui gerakannya, zakat, haji dan ahlakul karimah, serta menjauhi semua pebuatan yang di larang-nya. Seperti perbuatan zinah, meminum-minuman keras, judi dan perbuatan-perbuatan yang melanggar batasan Alllah swt, yang intinya menjaga diri untuk untuk ingat kepada Allah swt, serta tidak lalai sedikitpun untuk mengingatnya. Aktifitas dzikir yang di lakukan melalui ucapan dapat di ungkapkan melalui banyak membaca kalimat-kalimat toyyibah seperti bacaan Al-Qur’an, Doa, Tasbih, tahmid, Takbir, Tahlil dsb.

Aktifitas dzikir dengan pengucapan dapat kita rujuk dalam Al-Qur’an (24:36) yang memvisualisasikan bentuk dzikir dengan pelapalan dimana Allah Swt memerintahkan untuk bertasbih di masjid-masjid kepada seorang laki-laki yang tidak di lalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah, dan dari mendirikan shalat juga dari membayar zakat, dan dia merasa takut kepada suatu hari yang pada hari itu hati dan penglihatan menjadi goncang. Alloh Swt berfirman :
في بيوت أذن الله ان ترفع ويذكر فيها اسمه. يسبح له فيها بالغدو والاصال
Artinya : “Bertasbihlah, kepada Allah di masjid-masjid yang telah di perintahkan untuk di mulyakan dan di sebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang.”

Sedangkan aktifitas dzikir yang direalisasikan lewat perbuatan dapat kita rujuk dalam al-Qur’an surat 24:1,37; 29:45; 38:46; yang menggambarkan perintah Allah Swt untuk melakukan hukum syari’at dengan amal perbuatan untuk menjaga kualitas dzikir dan tidak lalai sedikitpun kepada Allah Swt.

Dimasyarakat kita yang notabene mesyarakat religius bekembang komunitas-komunitas dzikir dengan berbagai macam istilah nama, diantaranya istigotsah, manakib, rhatib, aurad, khataman, shalawat, marhaba, dan lain sebagainya yang kesemuanya merupakan aktifitas dzikir yang biasa dilakukan oleh sebagian masyarakat dengan cara pengucapan sebagai media dalam mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Dzikr tidak hanya dilakuakan oleh manusia sebagai mahluk yang sempurna, yang diciptakan oleh Allah Swt, seluruh mahluknyapun semua berdzikir kepadanya baik yang tercipta di langit maupun yang di bumi dengan cara yang bebeda dan mereka mengetahui cara sembahyang dan tasbihnya. Dalam al-Qur’an (24:41) Allah Swt berfirman :
ألم ترى ان الله يسبح له من في السموات والأرض والطير صفت. كل قد
علم صلاته وتسبيحه. والله عليم بما يفعلون
Artinya : Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah Swt: kepadanya bertasbih apa yang dilangit dan di bumi dan (juga) burung yang mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.

Fungsi dan keutamaan Dzikir

Dikir adalah menyebut atau mengingat Alah Swt sebagai amalan ibadah baik dalam posisi berdiri, duduk, atau berbaring, atau dalam semua aktifitas lainya dengan niat mendekatkan diri kepada Allah Swt. Oleh karenanya orang yang senantiasa menjaga amalan dzikirnya akan selalu terjaga dari perbuaan fahisah dan munkarat dan dengan sendirinya akan tercermin sikap ihsan, merasa diri dilihat dan diawasi oleh Allah Swt sehingga tidak akan berani untuk melanggar perintahnuya. Orang yang bersikap ihsan memandang bahwa dalam semua aktifitas hidupnya merasa dilihat dan di awasi oleh Allah Swt, atau setidaknya sekalipun tidak mampu dalam dirinya untuk merasa kehadiran Allah Swt maka ia akan selalu mempuyai anggapan bahwa Allah Swt senantiasa mengawasi dalam setiag gerak langkah seta hembusan nafasna. KH. M Qurais Shihab dalam kitab tafsirnya, Al-Misbah menafsirkan makna ihsan yang terambil dari lapadz muhsinin dalm surat al-Maidah ayat 85 dengan mengatakan “ihsan lebih tinggi dan dalam kandungan maknanya di bandingkan dengan adil, karena ihsan memperlakukan orang lain lebih baik dari perlakuannya terhadap anda. Adil adalah mengambil semua hak anda dan atau memberi semua hak orang lain, sedang ihsan adalah meberi lebih banyak dari pada yang harus di terimanya dan mengambil darinya lebih sedikit dari yang seharusnya diambil.

Dzikir tidak di batasi kepada waktu tertentu, namun lebih utamn ketika duduk setelah melaksanakan shalat (QS 4:103), tidak terbatas pada tempat namun diutamakan di masjid (QS 24:36) dan ketika duduk di tengah majelis. Imam Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin Jil. 1 hal. 297 mengutip sebuah hadits Rasul :



Artinya : “Tidaklah duduk suatu kaum dalam sebuah majelis sambil mengingat Allah melainkan mereka di kelilingi malaikat dan diliputi rahmat serta Allah meneyebut mereka diantara malaikat disisinya”.

Dzikr tidak dibatasi pada banyaknya jumlah, karena Allah Swt. Berfirman “berdzikrlah kamu kepada Allah, dengan dzikir yang sebanyak-sebanyak”. Adapun dengan metode hitungan atau ukuran tertentu berfungsi untuk menentukan perpindahan dari bacaan kalimat dzikir satu kepada kalimat yang lain, serta sebagai metode latihan untuk mendisiplinkan diri. Syekh Khaery mengatakan : “ukuran-ukuran itu sebuah metode, ibarat sekolah terdapat kelas-kelas, tahapan-tahapan, jenjang-jenjang yang harus dilalui”. Begitu pula dengan dzikir yang menggunakan metode hitungan dengan jumlah tertentu, merupakan sarana latihan dalam mendisiplinkan diri, ketika lulus dan mampu kita tidak membutuhkan lagi ukuran-ukuran itu dan dzikir dapat dilangsungkan kapan dan dimana saja.

B. Do’a

Ditinjau dari segi bahasa lapadz doa terambil dari akar kata da’a, yad’u dua’an’’ yang artinya memanggil atau memohon. Syekh Ibnu Ajzurum yang mempunyai nama lengkap Syekh Abi Abdillah Muhammad bin Muhammad As-Sanhaji mengartikan lapadz do’a dengan ’’thalabu al-fi’li minal adna ila al-‘ala’’ yang artinya meraih atau meminta sesuatu dari tingkatan yang lebih rendah kepada tingkatan yang lebih tinggi, seperti permintaan karyawan kepada pimpinan perusahaannya, permintaan anak kepada orang tuanya, atau bahkan permintaan makhluk kepada Tuhannya. Sedangkan lawan kata dari do’a adalah amar. Syekh Ibnu Ajzurum mendefinisikan amar kebalikan dari defenisi do’a yaitu dengan mendefinisikan “thalabu a-l fi’ili minal ‘ala ila al-adna’’ yang artinya meraih atau meminta dari tingkatan derajat yang lebih tinggi kepada tingkatan yang lebih rendah. Amar lebih identik dengan perintah atau suruhan

Namun pada perkembangannya makna do’a lebih mengarah kepada aktifitas ritual keagamaan sebagai sarana interaksi seseorang untuk meminta penyelesaian dari permasalahan-permasalahan kehidupan yang dihadapinya atau meminta kesejahteraan dari sesuatu yang diyakini dapat memenuhi kebutuhannya. Umat islam meyakini bahwasanya Dzat yang dapat memenuhi kebutuhannya adalah Allah Swt sebagai Rab Semesta Alam. Al-qur’an dalam surat al-Rad ayat 14 menjelaskan bahwasanya hanya Allah dengan Keindahan dan Keluhungan nama-Nya al-Muzib yang berhak memperkenankan do’a dari seorang hamba-Nya. Sedangkan do’a yang dipanjatkan kepada selain Allah tidak seorangpun yang dapat memperkenankannya dan tidak akan memberikan dampak kemanfaatan atau kemadharatan sekalipun.

له دعوة الحق. والذين يدعون من دونه لا يستجيبون لهم بشيء الا كباسط كفيه
الى الماء ليبلغ فاه وما هو ببالغه. وما دعاء الكفرين الا فى ضلل.


Artinya: ”hanya bagi Allahlah (hak mengabulkan doa yang benar). Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya kedalam air itu tidak dapat sampai kemulutnya. Dan doa (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka”.

Fungsi dan Manfaat Do’a

Do’a adalah otaknya dalam ibadah, dengan do’a seseorang akan ma’rifat terhadap dirinya sekaligus kepada rabnya dan ia akan merasa lemah di hadapan Allah dan akan selalu membutuhkan eksistensi Allah terhadap dirinya. Oleh karenanya, seorang muslim menganggap do’a adalah senjatanya dan ia akan senantiasa mengadukan setiap permasalahan kepada rabnya untuk dimintai jalan keluarnya.

Syekh Ibnu Qoyim memberikan stigma dengan puncak kedunguan bagi orang yang mengadukan setiap permasalahannya kepada sesama manusia dan tidak mau mengadukan permasalahannya kepada Rabnya dengan interaksi langsung lewat mediasi do’a. Lebih lanjut beliau mengutip perkataan seorang Salafus salihin dengan mengatakan “Engkau tidak lebih selain mengadukan kepada Dzat yang menyayangimu kepada yang tidak menyayangimu”. Ketika menegur seseorang yang di timpa kesulitan dan musibah kemudian, mengadukan masalahnya pada orang lain. Syekh Ibnu Qoyyim (W 751 H) Murid utama dari Syekh Al-Islam Ibnu Taymiah membagi pengaduan ke dalam Tiga bagian, yaitu pengaduan yang lebih buruk, pertengahan, dan yang paling baik.

1. Pengaduan yang lebih buruk yaitu mengadukan Allah kepada makhluk-Nya
2. Pertengahan, yaitu mengadukan makhluk kepada Allah
3. Yang paling baik, yaitu mengadukan dirinya kepada Rabb-nya

Etika Berdo’a

Sebagaimana telah di singgung di atas, do’a adalah media komunikasi yang dilakukan oleh seorang hamba yang derajatnya lebih rendah kepada Allah Swt yang bersih dari sifat lemah sebagai Tuhan yang dapat memperkenankan do’a seorang hamba yang di panjatkan kepada-Nya. Sedangkan dalam berkomunikasi kepada Tuhan terdapat etika yang harus dipenuhi, agar do’a yang dipanjatkanya dapat di perkenankan oleh Allah Swt sebagaimana halnya etika-etika yang diterapkan oleh manusia. Allah Swt menerapkan etika-etika dalam berkomunikasi atau bedo’a kepadanya antara lain dalam surat al-‘Araf (7:55;56), agar semua hambanya dalam berinteraksi terhadap-Nya harus melakukan aturan main yang di kehendakinya, sebagaimanan di uraikan dalam firmannya :
ادعوا ربكم تضرعا وخفية. انه لا يحب المعتدين. وهو الذى يرسل الريح بشرا
بين يدى رحمته. حتى اذا أقلت سحابا ثقالا سقنه لبلد ميت فأنزلنا به الماء
فأخرجنا به من كل الثمرات. كذلك نخرج الموتى لعلكم تذكرون.
Artinya : “Berdo’alah kepada Tuhan-mu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungghuhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah membperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan di terima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahamat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

Dengan mengutif ayat diatas, ada beberapa etika yang di syaratkan oleh Allah Swt dalam berdo’a atau berinteraksi kepadanya, diantaranya :
1. tadharu’ (berendah diri kepada-Nya),
2. khufyah (suara yang lembut),
3. khauf (rasa takut) tidak akan diperkenankan
4. thama’ (harapan) akan di perkenankan

Dalam kesempatan lain, Allah Swt, menetapkan tambahan syarat-syarat antara lain, agar do’a yang di panjatkanya tidak di tujukan untuk keburukan dan kejahatan. Maksudnya adalah meminta keburukan, kebinasaan, kehancuran dan laknat yang di tujukan kepadanya, sebagaimana Allah berfirman dalam surat al-isra (17:11) :
ويدع الانسان بالشر دعاءه بالخير. وكان الانسان عجولا.
Artinya : “Dan manusia mendo’a untuk kejahatan sebagaimana ia mendo’a untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa”

Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah yang dikutif dari tafsir Ibnu Katsir menafsirkan ayat di atas melalui haditsnya :


Artinya : Janganlah kalian mendo’a untuk keburukan diri kalian, jangan pula untuk keburukan harta benda kalian, karena di khawatirkan do’a kalian akan bertepatan dengan sa’atul ijabah, lalu di perkenankan bagi kalian do’a itu.

Kemudian syarat lainnya adalah tawakal, berserah diri kepada Allah Swt. Dengan tidak mengabaikan sebab-sebab dari suatu kejadian. Mengabaikan sebab akibat akan menjatuhkan seseorang pada kemalasan untuk meraih apa yang diinginkannya. Bertawakal tidak dipahami secara pasif dengan menyerahkan sepenuhnya nasib kita kepada Allah Swt tanpa kita aktif untuk meraih rahmatnya. Bertawakal mengharuskan peran aktif kita untuk menyambut, atau meraih rahmat Allah, sebagaimana kita memahaminya dari pelajaran Rasul terhadap sahabatnya untuk mengikat untanya terlebih dahulu kemudia bertawakal. Syekh Khaeri mengatakan “orang yang menyadari sebab-akibat harus berusaha untuk mendapatkan hal yang diinginkannya, dan mengetahui bahwa semua usahanya tak lain hanyalah sebuah do’a yang aktif, harapan akan adanya pertolongan Allah Swt”. Dan itulah sejatinya dari makna tawakal.


Ancaman Bagi Yang Tidak Mau Berdo’a

Dengan do’a seseorang akan merasa lemah di hadapan Allah Swt dan lebih membutuhkan Eksistensi Allah terhadap dirinya. Seseorang yang tidak mau berdo’a kepada Allah Swt, telah menganggap dirinya kuat dan tidak membutuhkan eksistensi Allah Swt terhadap dirinya, yang secara tdak langsung telah tertanam dalam dirinya sifat sombong yang tidak ada haq bagi seorang pun untuk menyandang sifat tersebut kecuali hanya Allah Swt dengan keagungan nama-Nya Al-Kabir. Bukankah Setan di jatuhkan hukuman oleh Allah Swt pada tempat yang paling rendah dikarenakan sifat ketakaburannya. Oleh karenanya, Allah Swt mengecam seseorang yang bersifat sombong, yang enggan meminta kepada-Nya melalui sabda Rosul-Nya : “ Man lam yad’ullaha ghadhaba alaihi”, yang artinya : “Barang siapa yang tidak mau berdo’a kepda Alloh Swt, maka Alloh Swt akan murka kepada-Nya“. Apabila Allah murka kepada kita, bumi mana yang akan kita pijak? semuanya adalah milik Allah Swt dan Allah mempersilakan untuk mencari pijakannya selain bumi dan langit sebagai ciptaan-Nya. Dan mempersilakan pula untuk mencari Tuhan selain diri-Nya. Dalam Hadits Qudsi Allah berfirman : “fal yahruj bainas samawaati Wal Ard fal yatlub Rabban siwaya“ yang artinya : “Keluarlah dari langit dan bumi ini, kemudian carilah tuhan selain Aku “.

C. Tawasul

Lapadz Tawasul terambil dari akar kata wasala (hurup ‘ain fi’ilnya dengan hurup sin) yang mempunyai kemiripan arti dengan lapadz tawashul ‘ain fi’ilnya dengan hurup shad yang artinya menghubungkan. Kemudian terdapat tambahan hurup Ta di awal kalimat dan jenis ‘Ain Fi’il yang di idghomkan yang memberi makna muta’adi pekerjaan Fa’il membutuhkan Maf’ul (objek). Oleh karena nya, makna tawasul adalah sesuatu yang di tuju atau yang akan di raih namun tidak langsung kapada yang di tuju melainkan mengambil perantara melalui objek ataupun media yang dapat menghubungkannya kepada sesuatu yang akan kita tuju.

Dalam surat Al-Maidah, Kita dapat menemukan tawasul dengan lapadz Wasilah yang menginformasikan bahwa Allah Swt memerintahkan kepada orang yang beriman untuk bertaqwa kepada-Nya dan mencari wasilah ( perantara atau penghubung ) dalam meraih taqwa kepada-Nya. Allah Swt berfirman:

يا ايهاالذين أمنوااتقواالله وابتغوا اليه الوسلة وجاهدوا فى سبيله لعلكم تفلحون.

Artinya: “ Hai Orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS:5:35)

Begitupun dalam berdo’a banyak contoh, dalam al-Qur’an, sunah Rosul maupun Atsar sahabat yang menggambarkan aktifitas tawasul, diantaranya kisah Tsa’labh yang bertawasul kepada Rosul Saw untuk minta di do’akan kepada Allah Swt agar mendapatkan kesejahteraan. Dalam al-Qur’an sendiri banyak ayat-ayat yang berhubungan dengan makna tawasul, diantaranya (QS:9:99;40;50;4:64)

Media Untuk Di Jadikan Tawasul

Dalam surat Al-maidah ayat 35 Allah memerintahkan untuk bertawasul kepada kita dalam meraih takwa kepada-Nya. Sedangkan jenis dari tawasul itu sendiri yang terdapat dalam tuntunan ajaran kita (Al-Qur’an dan sunnah ) sangat banyak ragamnya, diantaranya:

1. Berinfak untuk kepentingan agama (QS:9:99,103)
2. Bertawasul dengan amal salih (kisah yang terdapat dalam hadis rasul yang menceritakan tentang para pemuda yang tertahan di sebuah goa, yang di sebabkan pintu goa tertutup oleh batu yang besar, sehingga mereka tidak dapat kembali keluar. Kemudian mereka kembali berdo’a kepada Allah melalui tawasul dengan amal salih yang telah mereka kerjakan. Para pemuda tersebut di perinahkan oleh pimpinan rombongannya untuk mengingat-ingat amal baik apa saja yang telah mereka kerjakan kemudian di jadikan suatu do’a kepada Allah agar melalui amal salihnya pintu goa dapat terbuka dan pada akhirnya do’a merekapun di terima oleh allah SWT ketika secara bergiliran menyebut amal salih yang telah di lakukunnya)
3. Mengikuti jejak langkah para salafu Al-Shalihin (QS:9:100)
4. Mendo’akan muslimin-muslmiat sebagai sebuah kebajikan, karena buah kebajikan akan di balas Allah dengan berlipat-lipat kebajikan.
5. Mendo’akan,atau bershalawat atas nabi, karena nabi telah menjanjikan sekali bacaan shalawat yang di sampaikan kepada beliau akan di balas olehnya dengan 10 kali.



BAGIAN KEDUA

Sekilas Riwayat Penulis Amalan Rhatibul Hadad

Aurad Rhatibul Hadad adalah sebagian amalan dari syekh Imam ‘Abdullah bin ‘Alwi ‘Alhadad yang biasa di amalkan setiap hari oleh beliau. Aurad ini merupakan sebagian dari amalan yang di susun dan di bukukan serta di tulis oleh salah satu murid utama pengarang aurad ini yaitu Al-Alamah Sufi dan Zahid ‘Umar bin Abdurrahman bin ‘Umar bin Muhammad bin ‘Ali Al-Bar. Aurad ini di susun dan di bukukan pada masa hidup pengarangnya yaitu Syekh Imam ‘Abdullah bin ‘Alwi Al-Haddad seorang dari guru besarnya, dan di selesaikan pada hari sabtu 12 Rajab tahun 1131 H. setelah di serahterimakan kepada gurunya (Syekh Imam ‘Abdullah bin ‘Alwi Al-Haddad) memberikan judul atas buku tersebut dengan judul Adz-Dzikir Al-Jami’wa al-Wird An-Nafi’ (Zikir Lengkap Dan Wirid Yang Bermanfaat)

Tulisan buku tersebut memuat amalan-amalan keseharian Syekh Imam ‘Abdullah bin ‘Alwi ‘Al-Haddad seorang tokoh pembaharu abad ke-17 M yang wafat pada permulaan jumad al-ula tahun 1310 H oleh muridnya syekh Imam ‘Umar bin ‘Abdurrahman bin ‘Umar bin Muhammad bin ‘Ali ‘Albar dengan menghadirkan sebuah kitab yang berisi petunjuk yang lurus, lengkap, bemanfaat dan merupakan obat yang mencakup semuanya yang di dalamnya termuat Aurad Rhatibul Hadad

Penulis kitab ini menempati kedudukan yang tinggi dalam bidang ilmu. Kebiasaanya adalah bermukim selama satu minggu di Qarin, satu minggu di Quraibah dan satu minggu beribadah di Syi’ib, sebuah desa kecil dekan Qarin. Disana beliau membangun sebuah masjid untuk beribadah dan mengajar pada setiap senin dan kamis, untuk mata pelajaran hadits, tasawwuf ,dan biografi Rasul. Pada hari-hari yang lain, beliau memberi pelajaran umu lainnya pada waktu antara dzuhur dan maghrib. Beliau melaksanakan haji dan berziarah ke Madinah pada 1143 H dan wafat di Khuraibah pada 30 Rabiul Awal 1158 H. semoga Allah merahmati dan melapangkannya.


BAGIAN KETIGA

Tuntunan Dzikir Bagi Jama’ah Keluarga Bintang Sembilan
Cabang Kota Bandung


A. Do’a Tawasul Yang Biasa di Baca Pada Permulaan Aurad Atau Pembacaan Ayat Suci Al-Qur’an.
B. Rhatibul Hadad
1. Al-Fatihah
2. Ayat Kursi (Al-Baqarah : 255)
3. Amanar Rosulu (Al-Baqarah : 285-286)

4. Laa Ilaaha Illalloohu Wahdahu Laa Syariikalah Lahul Mulku Wa Lahul Hamdu Yuhyi wa Yumiitu wa Huwa ‘Alaa Kulli Syaing Qodiir 3x
“Tiada tuhan selain Allah Yang Esa, tiada Sekutu bagi-Nya, Yang Memili Krajaan dan bagi-Nya Pujian, Yang Menghidupkan dan mematikan. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”.

5. Subhaanalloh, Walhamdulillah, Walaailaahaillallohu, Wallohu Akbar 3x
“Maha Suci Allah, dan Segala Puji bagi Allah, Tiada tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar”.

6 Subhaanalloh wa Bihamdihii, Subhanallohil ‘Adhim 3x
“Maha Suci Allah, Segala puji bagi-Nya, dan Maha Suci Allah Yang Maha Agung”.

7. Robbanagfirlanaa wa Tub ‘Alainaa Innaka Angtat Tawwaabur Rohiim 3x
“Ya Allah ampunilah kami, Terimalah tobat kami, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

8. Alloohumma Sholli ‘Alaa Muhammad, Alloohumma Sholli ‘Alaihi wa Sallim 3x
“Ya Allah limpahkanlah shalawat dan salam kepada Muhammad”.

9. A’uudzu Bikalimatillaahit Taammati Ming Syarri Maa Kholaq 3x
“Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan apa-apa yang di ciptakan-Nya.”.

10. Bismillaahil ladzi Laa Yadhurru Ma’asmihi Syaiung Filardli wa Laa Fis Samaa’i wa Huwas Samii’ul Aliim 3x
“Dengan nama Allah, yang dengan nama-Nya tiada yang dapat mendatangkan bahaya di bumi maupun dilangit, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

11. Rhodlitu Billaahi Robbaa wabil Islaami Diinaa wabi Muhammadin Nabiyyaa Wa Rosuulaa 3x
“Aku Rela Allah sebagai Tuhan kami, Islam sebagai agama kami, dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul kami”.

12. Bismillaahi wal Hamdulillaahi wal Khoiru was Syarru bi Masyiiatillah 3x
“Dengan nama Allah, Segala puji bagi Allah, segala kebajikan dan kejahatan dengan kehendaknya”.

13. Aamanna Billaahi wal Yaumil A’akhiri Tubnaa ilallloohi Dhoohirow wa Baathiinaa 3x
“Kami beriman kepada Allah dan Hari Akhir, dan kami bertobat kepada Allah lahir dan bathin”.

14. Yaa Robbanaa Wa’fu ‘Annaa Wamhulladzii Kaana Minnaa 3x
“Yaa Tuhan kami, maafkanlah kami, dan hapuskanlah apa-apa yang telah kami lakukan (dosa-dosa).

15. Yaa Dzal Jalaali wal Ikroom Amitnaa ‘Alaa Diinil Islaam 3x
“Wahai Yang Memiliki Kebesaran dan Kemuliaan, matikanlah kami dalam keadaan beragama islam”.

16. Yaa Qowiyyu Yaa Matiin, Ikfis Syarrod Dlolimiin 3x
“Wahai Yang Maha Kuat lagi Maha Kokoh, selamatkanlah kami dari kejahatan orang-orang yang dzalim.

17. Ashlahalloohu Umuurol Muslimiin, wa Shorrofalloohu Syarrol Mu’diin 3x
“(Ya Allah), perbaikilah semua urusan kaum Muslimin dan selamatkanlah dari kejahatan orang-orang yang suka mengganggiu”.

18. Yaa ‘Aliyyu Yaa Kabiir Yaa ‘Aliimu Yaa Qodiir Yaa Samii’u Yaa Bashiir Yaa Lathiifu Yaa Khobiir
“Wahai Yang Maha Tinggi, Maha Besar, Maha Mengetahui, Maha Kuasa, Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Lembut, dan Maha Mengamati.

20. Yaa Faarijal hammi Yaa Kaasyifal Ghommi Yaa Man Li’abdihii Yagfiru wa Yarham
“(Yaa Allah), Yang menghapuskan kesedihan, Yang menghilangkan kesusahan, Wahai Yang Mengampunidan Menyayangi Hamba-Nya”. 3x

21. Astagfirullooha Robbal Barooyaa Astagfirullooha Minal Khothooyaa 4x
“Aku mohon ampunan Allah, Tuhan Pencipta, Aku mohon ampunan Alloh dari kesalahan-kesalahanku”.

22. Laa Ilaaha Illallooh 50 x
“Tiada tuhan selain Allah”

23. Muhammadur Rosuululloohi SAW wa Syarrofa wa Karroma wa Majjada wa Rodliyaloohu ‘an Ahli Baitihil Muthohiriin wa Ashhabihil Muhtadiin wat Tabi’ina Lahum bi Ihsaanin ilaa Yaumiddiin.
“Muhammad Rasulullah Saw., semoga Allah memuliakannya, menyanjungnya. Dan semoga Allah meridloi keluarganya yang suc, sahabatnya yang mendapat petunjuk serta yang mengikuti mereka dengan kebaikan hingga Hari Kiamat.”

24. Al-Ikhlas 3x, Al-Falaq 1x, An-Naas 1x

25. (At-Taubat 128-129) Laqod Jaakum Rosuulum min Anfusikum ‘Ajizun ‘Alaih, Maa ‘Anittum Hariisun ‘Alaikum bil Mu’miniina Rouufur Rohiim. Faing Tawallau Faqul Hasbiyallohu Laa Ilaaha Illaa Huwa ‘Alaihi Tawakaltu wa Huwa Robbul ‘Arsyil ‘Adhiim”
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min”. jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah : “Cukuplah Allah bagiku tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan hanya Dia adalah Tuhan Yang Memiliki Arasy Yang Agung.

26. (Al-Ahzab : 56) Inalloha wa Malaaikatahuu Yusholluuna ‘Allan Nabiy. Ya Ayyuhal ladziina Aamanuu Sholluuu ‘Alaihi wa Sallimuu Tasliimaa
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman bershalawatlah kamu sekalian dan bersalamlah dengan salam untuknya”.

27. Allohumma Sholli ‘Alaa Sayyidinaa Muhammad #
Allohumma Sholli ‘Alaihi wa Sallim
Allohumma Sholli ‘Alaa Sayyidinaa Muhammad #
Yaa Robbi Sholli ‘Alaihi wa Sallim
Allohumma Sholli ‘Alaa Habibika Sayyidinaa Muhammad#
Wa ‘Aalihii wa Shohbihi wa Sallim
Allohumma Sholli ‘Alaa Habibika Sayyidinaa Muhammad #
Wa ‘Aalihii wa Ashhabihi wa Barrik wa Sallim Ajma’iin

28. Sholalloh ‘Alaa Muhammad # Sholalloh ‘Alaa Muhammad
Sholalloh ‘Alaa Muhammad # Sholalloh ‘Alaa Muhammad
Sholalloh ‘Alaa Muhammad # Sholalloh ‘Alaihi wa Sallam
Sholalloh ‘Alaa Muhammad # Sholalloh ‘Alaihi wa Sallam
Yaa Nabii Salaam ‘Alaika # Ya Rosul Salaam “alaika
Yaa Habiib Salaam ‘Alaika # Sholawatulloh ‘Alaika


Mahalul Qiyaam

Asyroqol Kaunub Tihaajaa # Biwujuudil Musthofah Mad
Wa Liahlil Kauni Ungsun # Wa Sururun Qod Tajaddad
Alam bersinar-sinar bersuka ria # Menyambut kelahiran al-Muasthafa Ahmad
Riang gembira meliputi penghuninya # Sambung menyambung tiada hentinya

Fathroobuu Yahlal Matsaanii # Fahazaarul Yumni Ghorrod
Wastadlii’u Bi Jamaalin # Faaqo Fil Husni Tafarrod
Bergembiralah wahai pengikut Al-Qur’an # Burung-burung kemujuran kini berkicauan
Bersuluh dengan sinar keindahan # Mengungguli semua yang indah tiada bandingan

Walanal Busyroo bi Sa’din # Mustamirrin Laisa Yanfad
Haitsu Uutiinaa ‘Athooaa # Jama’al Fahrol Mu’abbad
Kini wajiblah bersuka cita # Dengan keberuntungan terus menerus tiada habisnya
Manakala kita beroleh anugerah # Padanya terpadu kebanggaan abadi

Falirobbi Kullu Hamdin # Jalla Ayyahsurohul ‘Ad
Idz Habaanaa Biwujuudi # Al-Musthofal Haadii Muhammad
Bagi Tuhanku segala puji # Tiada bilangan mampu mencakupnya
Atas penghormatan di limpahkan-Nya bagi kita # dengan lahirnya al-Musthafa al-Hadi Muhammad


Yaa Rosuulalloohi Ahlan # Bika Inna Bika Nus’ad
Wabijaahihi Yaa Ilaahii # Jud Wa Ballig Kulla Maqshod

Ya Rasulullah, selamat dating ahlan wasahlan # Sungguh kami beruntung dengan kehadiranmu
Ya Allah, Ya Tuhan kami # Semoga kau berkenan memberikan nikmat karunia-Mu
Menyampaikan kami ke tujuan idaman # Demi ketinggian derajat Rasul disisi-Mu

Wahdinaa Nahja Sabiilih # Kai Bihi Nus’ad Wa Nursyad
Robbi Ballignaa Bijaahih # Fi Jiwaarihi Khoiril Maq’ad
Tunjukilah kami jalan yang ia tempuh # agar dengannya kami bahagia broleh kebaikan melimpah
Rabbi, demi mulia kedudukannya di sisi-Mu # Tempatkanlah kami di sebaik tempat, disisinya

Wa Sholaatilloohi Tagsya # Asyofal Rusli Muhammad
Wa Salaamun Mustamirrun # Kullu Hiinin Yatajaddad

Semoga Shalawat Allah Meliputi selalu # Rasul termulia, Muhammad
Serta salam terus menerus # Silih berganti setiap saat

selamat datang



untuk yang mau sekedar berbincang, curhat, konsult apa aja dech... aq persilahkan dengan senang hati