Kampung Mahmud diperkirakan sudah ada sejak akhir abad ke -18. Pada awal masa “Jalan Raya Pos”, kampung tersebut belum termasuk ke dalam Wilayah Ujungberung (setelah diberlakukannya pemerintahan distrik, kampung tersebut masuk di bawah pemerintahan Onderdistrik Bojongasi, Distrik Ujungberung Kulon). Ternyata keberadaaan para pendiri kampung telah menjadi inspirator bagi pendatang dari Priangan Timur, khususnya mereka yang datang dari Tasikmalaya dan Garut, untuk masuk ke Wilayah Ujungberung dan menatap di sekitar Rawa Gegerhanjuang.
Secara administratif saat ini Kampung Mahmud termasuk ke dalam Desa Mekarrahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung. Lokasinya berada di RW 04, dengan hanya dua RT di dalamnya, yakni RT 01 dan RT 02.
Mengenali Kampung Mahmud cukup mudah, karena sebelum masuk ke areal kampung terdapat gerbang gapura bertuliskan “Makom Mahmud”. Karena di dalam kampung tersebut kita akan menemukan tiga buah makam keramat pendiri kampung, yakni Eyang Haji Dalem Abdul Manap serta dua orang kepercayaannya yakni Eyang Agung Zaenal Arifin dan Eyang Abdullah Gedug. Letak masing-masing makam agak terpisah, tapi masih dalam satu kompleks. Makam Eyang Haji Dalem Manap terdapat di komplek makam utama, sedangkan kedua makam lainnya berada sekitar 100 meter dari letak komplek makam utama.
Kampung Mahmud menempati lokasi yang terpisah dengan perkampungan Iainnya. Batas-batas yang mengelilingi Kampung Mahmud adalah Sungai Citarum. Tepatnya, batas Kampung Mahmud di sebelah barat, selatan, dan timur adalah Sungai Citarum lama. Adapun di sebelah utara, berbatasan dengan Sungai Citarum baru.
Kampung Mahmud juga menempati satu dataran yang agak rendah (lengkob, bhs. Sunda). Meskipun demikian, tempat tersebut tidak pemah mengalami banjir. Dalam pandangan masyarakat Mahmud, itu berkat tuah atau barokah dari tanah karomah yang menjadi asal-usul kampung tersebut.
Kondisi geografis seperti itu tidak menutup peluang warga Mahmud saat ini untuk berkomunikasi dengan orang luar kampung. Pertama, adanya sarana transportasi berupa jembatan kokoh di atas Sungai Citanam yang mempermudah keluar masuknya berbagai alat transportasi ke tempat tersebut. Kedua, media komunikasi berupa telepon pun sudah mulai masuk. Dengan demikian, mudah bagi mereka menjalin komunikasi dengan dunia luar. Dalam hal ini, termasuk juga mengenal dunia luar melalui media elektronik seperti
Radio dan televisi; juga media cetak seperti surat kabar, majalah, atau buku. Selain itu, mereka sudah terbiasa dengan kunjungan para peziarah dari daerah lain.
Siapa sebenarnya Syekh Abdul Manap alias Eyang Haji Dalem Abdul Manap Mahmud itu? Menurut Buku “Sejarah Kabupaten Bandung”, 1970: 41-42, dijelaskan bahwa, saat tentara Mataram dibawah pimpinan Tumenggung Bhahureksa menyerbu Tatar Ukur untuk menangkap Dipati Ukur, salah seorang putera Dipati Ukur yang bernama Dalem Nayasari atau Mudian Gede dapat meloloskan diri ke Timbanganten. Di tempat tinggal barunya itu ia dikaruniai seorang putera yang diberi nama Dalam Salayaderega atau Dalem Nayadirega yang kelak terkenal sebagai Embah Dalem Paneger. Ketika wafat, ia dimakamkan di Sentakdulang, Kecamatan Cicadas. Embah Dalem Paneger berputera Embah Dalem Kyai Haji Abdul Manap yang kelak terkenal sebagai ulama besar yang mempunyai santri dengan jumlah banyak. Setelah dewasa ia berkesempatan menunaikan ibadah haji ke Mekah. Sepulang dari tanh suci ia mendirikan sebuah kampong yang diberi nama “Kampung Mahmud” (“Mahmud” berarti “suci/bersih”) Setelah meninggal dia dimakamkan di kampung tersebut (Mahmud’il-Bandar) yang terletak di tepian Sungai Citarum. Keturunan dari Kyai Haji Abdul Manap Mahmud sampai kini menjadi ulama-ulama terkenal di Cigondewah dan Sukapakir.
Pantangan Adat
“Dulu di sini Eyang Haji sempat menanamkan sekepal tanah yang dibawa langsung dari Mekkah. Di tempat tanah Mekkah yang ditanam itulah Eyang Haji menempatkan 40 jin pengikutnya untuk menjaga agar kampung itu tidak bisa dijahili orang. Bahkan diceritakan, di masa lalu wilayah ini tidak pernah ditemukan oleh pihak penjajah. Sehingga kampung ini dijadikan tempat persembunyian,” tutur H. Syafei, tokoh masyarakat Kampung Mahmud, yang masih keturunan Eyang Abdul Manaf.
Sebagai tempat persembunyian dari incaran penjajah, Eyang Abdul Manaf menerapkan beberapa aturan yang harus dipatuhi warganya. Antara lain dilarang membangun gedong (rumah dari tembok), apalagi memakai kaca. Dilarang menggali sumur. Dilarang menabuh bedug, memelihara angsa, serta dilarang menyelenggarakan pertunjukan yang didalamnya ada perangkat gamelan berupa goong. SEhingga jangan heran bila di wilayah Kampung Mahmud tidak pernah ditemukan ada pertunjukan wayang, jaipong dan sejenisnya.
Menurut H. Syafei, nama Mahmud sendiri berarti yang dipuji. Hanya saja, H Syafei menyayangkan kini perilaku warga Kampung Mahmud ada yang tidak terpuji. Terbukti ada diantara mereka yang berani melanggar pantangan adat seperti mendirikan rumah dari tembok secara berlebihan. “Hal ini mungkin karena pengaruh perkembangan zaman dan bukti mulai lunturnya nilai-nilai peninggalan leluhur,” katanya.
Ramai Peziarah
Di Kampung Mahmud terdapat sejumlah makam yang dikeramatkan warga. Beberapa makam seringkali diserbu para peziarah dan berharap berkahnya. Bahkan tidak sedikit peziarah yang datang dari jauh dan menginap di sana. Biasanya peziarah akan membludak pada sepanjang bulan Maulud, puncaknya pada malam Jumat Kliwon. Sebagai gambaran, ketika hari itu tiba, keadaan Kampung Mahmud bagaikan pasar malam. Konon, ada keyakinan bila pada saat-saat tersebut, para leluhur datang dan berkumpul untuk mengamini segala harapan yang disampaikan.
Daya tarik peziarah selain untuk bermunajat di makam-makam leluhur, mereka juga percaya kekeramatan Kampung Mahmud. Bahwa di kampung itu masih terdapat pantang adat yang bila dilanggar maka bisa menimbulkan petaka. Selain itu, Kampung Mahmud juga dianggap sebagai wilayah “ajaib” karena tidak pernah tersentuh banjir, meskipun di lingkari Sungai Citarum yang sering meluap bila musim hujan tiba.
Menurut cerita, hal itu dikarenakan Eyang Haji sempat menugaskan murid kesayangannya bernama Abdullah Gelung. Ia seorang tokoh sakti yang pernah melakoni tapa brata selama 33 tahun di 33 gunung besar di seantero tanah Jawa. Tujuannya untuk untuk melindungi seluruh warga kampung dari ancaman banjir. Dan terbukti hingga saat ini air bah tidak sampai menjilat Kampung Mahmud.
Selain itu, Eyang Haji juga memiliki seorang murid dari bangsa jin yang bernama Raden Kalung Bimanagara. Sosoknya terkadang menampakkan diri dengan wujud lelaki berwajah ganteng dan berbadan ular berwarna keemasan. Tugas Raden Kalung adalah untuk melindungi keturunan Eyang Haji yang tercebur ke dalam sungai Citarum. Menurut warga setempat, tidak ada orang yang berani melihat penampakannya. Dan juga tidak sembarang orang bisa mengundang kehadirannya.
Keanehan lain Kampung Mahmud adalah ketika air sungai Citarum mulai tercemar dan tidak sehat lagi untuk dikonsumsi. Ketika itu, Eyang Haji memberikan izin kepada warganya untuk membuat sumur. Awalnya, warga yang mencoba menggali sumur tidak pernah mendapati adanya mata air. Padahal galian telah demikian dalam. Hal ini sempat dicoba di beberapa tempat, tapi tidak berhasil.
Akhirnya Eyang Haji bermunajat kepada Allah SWT dan memohon agar diberikan air untuk memenuhi kebutuhan hidup warganya. Tidak lupa Eyang Haji juga memohon restu kepada karuhun agar diperkenankan membuat sumur meski hal itu merupakan pelanggaran adat. Setelah melakukan hal itu, keanehan pun terjadi. Lubang galian sumur yang semula dibiarkan terebengkalai, mendadak mengeluarkan air.
Lokasi kampung yang berada di pinggir Sungai Citarum dipandang cukup strategis. Hingga awal abad ke-19, di Kabupaten Bandung, lalu lintas air melalui sungai masih memegang peranan penting sebagai penghubung antar kampung satu dengan yang lainnya. Apalagi secara geografis, kampung tersebut letaknya tidak terlalu jauh dari Ibukota Kabupaten Bandung, yang waktu itu masih berada di Krapyak (Dayeuhkolot), di antara pertemuan dua sungai besar, yakni Sungai Citarum dan Cikapundung. Bahkan konon, Bupati Bandung R.A. Wiranatakoesoemah II (1794-1829), sempat pula hilir mudik dengan menggunakan perahu dari Krapyak hingga hulu Sungai Cikapundung dengan menggunakan perahu dalam usahanya mencari daerah untuk lokasi pemindahan Ibukota Kabupaten Bandung.
Pada saat awal pendirian kampung tersebut, banyak kegiatan yang terlarang dilakukan oleh penduduk kampung, seperti membuat sumur, menyalakan penerang, membunyikan alat-alat musik termasuk bedug, memiliki perlengkapan meubel rumah tangga, tidak memiliki jendela berdinding kaca, memelihara angsa, dsb. Namun seiring dengan perkembangan jaman dan terjadinya pergeseran nilai di tengah masyarakat kampung, larangan itu sebagian sudah mulai ditinggalkan.
Kini warga kampung berusaha untuk terus mempertahankan keaslian dan keasrian lingkungan sekitar kampung tersebut. Itu dapat terlihat dengan jelas pada bangunan-bangunan seperti rumah, mesjid, langgar, komplek makam, yang semuanya masih dibuat dengan gaya arsitektur bangunan tradisional sunda. Bangunan-bangunan tersebut dibuat dengan menggunakan bahan kayu serta berdinding anyaman bambu (bilik, bhs. sunda).
SILSILAH DIPATI UKUR MENURUT MANGLE ARUM
Sunan Jambu Karang
dari Kerajaan Jambu
Karang. (Purbalingga,
Banyumas sekarang), masih
beragama Budha
Abdurakhman al-Qadri
atau Pangeran Atas Angin
(menantu berdarah Arab )
Pangeran Cahya Luhur
Pangeran Adipati Cahyana
Wangsanata
Diasingkan ke Tatar Ukur
setelah Kerajaan Jambu
Karang jatuh dalam
kekuasaan Sutawijaya,
dari Kerajaan Mataram.
Kemudian dia menikah
dengan Nyi Gedeng Ukur
puteri Adipati Ukur Gede,
penguasa Tatar Ukur
keturunan Pajajaran.
Setelah menggantikan
mertuanya, Pangeran
Wangsanata bergelar
Dipati Ukur
Mudian Gede
Dalem Nayadirega
Dalem Abdul Manap
Rabu, 04 Agustus 2010
Jumat, 23 Juli 2010
hizb Mughni
HIZB MUGHNI
Berdasarkan riwayat KH Shiddiq dari kitab al-Ahzab wa Awraad
A’udzu Bi-Llahi Minas-Syaithonirrajim Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma Shalli Ala Sayyidina Muhammad al-Fatihi Lima Ughliq Wal Khotimi Lima Sabaq Nashiril Haqqi Bil Haqq Wal Haadi Ila Shirotikal Mustaqim Wa Ala Aalihi Haqqo Qodrihi Wa Miqdarihil Azhim
ILAHI BIKA ASTAGHISU FA AGHISNI Ya Tuhanku kepada-Mu aku memohon curahan pertolongan, maka tolonglah aku
WA ALAIKA TAWAKKALTU FAKFINI YA KAFI Kepada-Mu aku menyerahkan urusanku, maka berilah aku kecukupan wahai yang memberi kecukupan
IKFINIL MUHIMMATI MIN AMRI-D-DUNYA WAL AKHIROT Cukupkan kepadaku segala keperluanku untuk dunia dan akhirat
( dibaca 3 kali)
YA ROHMANA-D-DUNYA WAL AKHIROTI WA ROHIMAHUMA Wahai Sang Pengasih Untuk Dunia Dan Akhirat Dan Juga Sang Penyayang Untuk Keduanya
INNI ABDU-KA BI-BAB-I-KA DZALILU-KA BI-BAB-I-KA Akulah Hamba Sahaya-Mu Berada Di Pintu-Mu. (Aku Adalah) Orang Kecil Berada Di Pintu-Mu
ASIRU-KA BI-BAB-I-KA MISKINU-KA BI-BAB-I-KA (Aku Adalah) Seorang Tawanan Yang Berada Di Pintu-Mu. (Aku Adalah) Seorang Miskin Berada Di Pintu-Mu
SHONI’UKA BI-BAB-I-KA YA ROBBAL ALAMIN (Aku Adalah) Ciptaan-Mu Yang Berada Di Pintu-Mu. Wahai Penguasa Alam Semesta Ini
AT-THOLIHU BIBABIKA Orang Yang Tidak Baik Ini Berada Di Pintu-Mu
YA GHIYASAL MUSTAGHISIN Wahai Yang Mengabulkan Permohonan Pertolongan Dari Sekian Banyak Yang Memohon Pertolongan
MAMHUMUKA BI-BAB-I-KA (Aku Adalah) Yang Mengharapkan-Mu Berada Di Pintu-Mu
YA KASHIFAL KARBI KULLIL MAKRUBIN Wahai Yang Melenyapkan Kesedihan Orang-Orang Yang Dilanda Kesedihan,
WA ANA ASHIKA YA THOLIBAL MUSTAGFIRIN Sementara Aku Ini Berbuat Dosa Di Hadapan-Mu. Wahai Yang Tumpuan Para Peminta Ampun
AL-MUQIRRU BI-BABIKA YA GHOFIRON LIL MUDZNIBIN Seorang Yang Mengaku Dosa Berada Di Pintu-Mu. Wahai Sang Pengampun Bagi Orang-Orang Yang Berdosa
AL-MU’TARIFU BIBABIKA YA ARHAMARROHIMIN Seorang Yang Menyatakan Kesalahannya Di Pintu-Mu. Wahai Yang Paling Pengasih Dari Sekian Pengasih
AL-KHOTI’U BI-BAB-I-KA YA ROBBAL ALAMIN ADZ-DZOLIMU BI-BAB-I-KA , Seorang Yang Bersalah Berada Di Pintu-Mu. Wahai Penguasa Jagad Raya, Seorang Yang Zhalim Berada Di Pintu-Mu
AL-BAISUL KHOSYIU BI-BAB-I-KA IRHAMNI YA MAULAYA Seorang Yang Lemah Dan Tunduk Berada Di Pintu-Mu. Sayangilah Aku Wahai Tuhanku Wahai Tuhanku
(dibaca 3 kali)
ILAHI ANTAL GHOFIRU WA ANAL MUSIU WA HAL YARHAMUL MUSIA ILLAL GHOFIRU MAULAYA MAULAYA Ilahi, Engkau Adalah Yang Mengampuni Sementara Aku Adalah Yang Berdosa, Adakah Lagi Yang Sayang Kepada Orang Yang Berdosa Kalau Bukan Yang Maha Pengampun? Ya Tuhanku Ya Tuhanku
ILAHI ANTAR-ROBBU WA ANAL ABDU WA HAL YARHAMUL ABDA ILLA ROBBU MAULAYA MAULAYA Ilahi, Engkau Adalah Rabb(Tuhan), Sementara Aku Adalah Hamba, Adakah Lagi Yang Menyayangi Hamba Kalau Bukan Rabb-Nya? Ya Tuhanku Ya Tuhanku
ILAHI ANTAL QOWIYYU WA ANA-D-DHOIFU WA HAL YARHAMUD-DHOIFA ILLAL QOWIYYU MAULAYA MAULAYA Ilahi, Engkau Adalah Sang Pemilik Kekuatan, Sementara Aku Adalah Yang Lemah, Adakah Lagi Yang Sayang Kepada Yang Lemah Kecuali Sang Pemilik Kekuatan. Ya Tuhanku Ya Tuhanku
ILAHI ANTAL AZIZU WA ANA-D-DZALILU WA HAL YARHAMUD-DZALILA ILLAL AZIZU MAULAYA MAULAYA Ilahi, Engkau Adalah Yang Maha Perkasa, Sementara Aku Adalah Orang Kecil. Adakah Lagi Yang Menyayangi Orang Kecil Ini Kalau Bukan Yang Maha Perkasa. Ya Tuhanku Ya Tuhanku
ILAHI ANTAL KARIMU WA ANA-L-LAIMU WA HAL YARHAMU-L-LAIMA ILLAL KARIMU MAULAYA MAULAYA Ilahi, Engkau Adalah Yang Bersifat Karim Sang Pemurah, Sementara Aku Adalah Orang Yang Tercela, Adakah Lagi Yang Menyayangi Orang Yang Tercela Ini Kalau Bukan Yang Maha Pemurah. Ya Tuhanku Ya Tuhanku
ILAHI ANTA-R-ROZZAQU WA ANA-L MARZUQU WA HAL YARHAMUL MARZUQO ILLAL ROZZAQU MAULAYA MAULAYA Ilahi, Engkau Adalah Sang Pemberi Rizki Sementara Aku Adalah Yang Diberi Rezeki. Adakah Lagi Yang Menyayangi Orang Yang Diberi Ini Kalau Bukan Sang Pemberi Rezeki. Ya Tuhanku Ya Tuhanku
ILAHI ANA DHOIFU ANA DZALILU ANAL HAQIRU ANTAL ALIYYU ANTAL AFUWWU ANTAL GHAFUR ANTAL GHOFFAR Ilahi, Aku Ini Lemah, Rendah Dan Hina. Engkau Adalah Maha Tinggi. Engkau Adalah Maha Pemaaf. Engkau Adalah Maha Pengampun. Engkau Adalah Sang Pengampun
ANTAL HANNAN ANTAL MANNAN ANAL MUDZNIBU ANAL KHOIFU ANA-D-DHOIFU Engkau Bersifat Hannan (Yang Maha Penyayang terhadap hamba-Nya, memuliakan orang-orang yang berbuat baik dan mengampuni yang bersalah) Engkau Bersifat Mannan (Yang Maha Pemberi, Yang Maha Pemurah): Yang memulai pemberian sebelum diminta, banyak memberi, memberi nikmat kepada hamba-hamba-Nya dengan berbagai macam kebaikan, nikmat, rizqi dan pemberian), Sementara Itu Aku Adalah Seorang Yang Berdosa, Seorang Yang Takut, Aku Seorang Yang Lemah
ILAHI AL-AMANA AL-AMANA FI DZULMATIL QOBRI WA DHIQOTIHI Ilahi Berilah Aku Keamanan..Berikan Aku Keamanan Dalam Gelap Dan Sempitnya Alam Kubur
ILAHI AL-AMANA AL-AMANA INDA SUALI MUNKARIN WA NAKIRIN WA HAIATIHIMA Ilahi Berilah Hamba Keamanan, Berilah Hamba Kemanan Pada Saat Menghadapi Pertanyaan Munkar Dan Nakir Serta Rupa Mereka Yang Mengerikan
ILAHI AL-AMANA AL-AMANA INDA WAHSYATIL QOBRI WA SYIDDATIHI Ilahi Berilah Hamba Keamanan, Berilah Hamba Keamanan Pada Saat Dahsyat Dan Ngerinya Alam Kubur
ILAHI AL-AMANA AL-AMANA FI YAUMIN KANA MIQDARUHU HOMSINA ALFA SANATIN Ilahi Berikan Hamba Kemanan Berikan Hamba Keamanan Pada Suatu Hari Yang Kelak Lama Seharinya Sebanding Dengan 50.000 Tahun
ILAHI AL-AMANA AL-AMANA YAUMA YUNFAHU FIS-SHUWARI FA-FAZI’A MAN FISSAMAWATI WA MAN FIL ARDHI ILLA MASYA ALLAH Ilahi berilah hamba keamanan berilah hamba keamanan pada “Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah” (Q.S An-Naml 27)
ILAHI AL-AMANA AL-AMANA YAUMA DZUL ZILATIL ARDHU ZILZALAHA. Ilahi Berikan Hamba Keamanan Berikan Hamba Keamanan Pada Hari Bumi Diguncang Dengan Hebat
ILAHI AL-AMANA AL-AMANA YAUMA TASYAQQOQU-S-SAMA-U BIL GHOMAM Ilahi berilah hamba keamanan berilah hamba keamanan ”Dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah belah mengeluarkan kabut putih” (Q.S Al-Furqon 25)
ILAHI AL-AMANA AL-AMANA YAUMA TUTWAS-SAMA-U KATHOYYIS-SIJILLI LIL KITAB Ilahi Berikan Hamba Keamanan Berikan Hamba Keamanan Pada Hari Langit Dibentangkan Seperti Terbentangkan Lembaran Buku
ILAHI AL-AMANA-AL-AMANA YAUMA TUBADDALUL ARDHU GHOIRUL ARDHI WAS-SAMAWATU WA BAROZU LIL-LAHIL WAHIDIL QOHHAR Ilahi Berikan Hamba Keamanan Berikan Hamba Keamanan Pada Hari Dimana Bumi Nanti Bukan Bumi Sekarang Dan Langitnya Pun Bukan Langit Yang Sekarang, Lalu Semua Mahluk Datang Menghadap Kepada Yang Satu Lagi Maha Hebat
ILAHI AL-AMANA AL-AMANA YAUMA YANDZURUL MAR’U MA QODDAMAT YADAAHU WA YAQULUL KAFIRU YA LAITANI KUNTU TUROBA Ilahi, Berilah Hamba Keamanan Berilah Hamba Keamanan Dimana Seseorang Kelak Menyaksikan Apa Yang Ia Perbuat Pada Waktu Di Dunia, Dan Pada Saat Itu Orang Yang Tidak Beriman Berkata “Seandainya Aku Adalah Tanah”
ILAHI AL-AMANA AL-AMANA YAUMA YUNADIL MUNADI MIN BUTNANIL ARSYI AINAL ASHUNA WA AINAL MUDZNIBUN WA AINAL KHOSIRUN HALUMMU ILAL HISABI Ilahi Berilah Hamba Keamanan Berilah Hamba Keamanan Pada Hari Dimana Ada Suara Memanggil Dari Dalam Arasy “Mana Orang-Orang Yang Melanggar Perintah Allah! Mana Orang-Orang Yang Berdosa! Mana Orang-Orang Yang Merugi! Kemari Semuanya Menuju Perhitungan Amal
WA ANTA TA’LAMU SIRRI WA ALA NIYATI FAQBAL MA’DZIROTI Ya Allah Engkau Mengetahui Apapun Dariku Baik Yang Tersembunyi Maupun Yang Terlihat, Maka Terimalah Ya Allah Permohonan Maafku.
ILAHI AH MIN KATSROTI-D-DZUNUBI WAL ISHYANI Ilahi Aku Menyesal Atas Banyaknya Dosa Dan Pelanggaran Perintah Agama
AH MIN KATSROTI-D-DZULMI WAL JAFA’I aku menyesal atas banyaknya tindakan zalim dan yang sia-sia
AH MIN NAFSIL MATRUDI AH MIN NAFSIL MATBU’I BIL HAWA MINAL HAWA Aku Menyesal Atas Diriku Yang Tidak Diterima. Aku Menyesal Atas Diriku Yang Dicap Oleh Keinginan Dan Keinginan
AGHISNI YA GHIYASAL MUSTAGHISIN AGHISNI INDA TAGHOYYURI HAALI Tolonglah Aku Wahai Yang Mengabulkan Permohonan Pertolongan Dari Sekian Banyak Yang Memohon Pertolongan. Berilah Hamba Pertolongan Disaat Bergantinya Keadaan.
ALLAHUMMA INNI ABDUKAL MUDZNIBU AL-MUJRIMU AL-MUHTI’U Ya Allah Saya Adalah Hambamu Yang Berdosa, Yang Jahat Dan Yang Bersalah
AJIRNI MINAN-NAR YA MUJIR YA MUJIR YA MUJIR Bebaskan Aku Dari Neraka, Wahai Yang Memberi Keselamatan, Wahai Yang Memberi Keselamatan, Wahai Yang Memberi Keselamatan
ALLAHUMA IN-TARHAMNI FA ANTA AHLUN WA IN TU’ADZIBNI FA ANA AHLUN Ya Allah Jika Engkau Menyayangi Diriku Maka Engkaulah Yang Dapat Melakukannya. Jika Engkau Menyiksa Diriku, Maka Aku Tentu Patut Menerimanya
FARHAMNI YA AHLAT-TAQWA WA YA AHLAL MAGHFIROH WA YA ARHAMAR ROHIMIN WA YA KHOIRUN-NASHIRIN WA YA KHOIROL-GHOFIRIN Ampunilah Aku Wahai Yang Ditakuti, Wahai Yang Memberi Keampunan. Wahai Yang Penyayang Diatas Segala Penyayang. Wahai Penolong Terbaik. Wahai Yang Sebaik-Baiknya Pemberi ampunan
HASBIYALLAH WAHDAH BIROHMATIKA YA ARHAMARROHIMIN Cukuplah Bagi Diriku Allah Semata. Atas Kasih Sayang-Mu Wahai Yang Maha Penyayang Diatas Segala Yang Menyayangi
WA SHOLLALOHU ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA ALIHI WA SHOHBIHI AJMAIN WA SALLAMA TASLIMAN Semoga Allah Memberikan Sholawat Kepada Junjungan Kami, Muhammad Berikut Kepada Keluarga Dan Sahabatnya Seluruhnya, Serta Semoga Allah Pun Memberikan Salam Kepada Beliau.
WALHAMDULILLAHI ROBBIL ALAMIN Akhirnya Segala Bentuk Pujian Hanya Milik Allah. Penguasa Alam Semesta Raya
Berdasarkan riwayat KH Shiddiq dari kitab al-Ahzab wa Awraad
A’udzu Bi-Llahi Minas-Syaithonirrajim Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma Shalli Ala Sayyidina Muhammad al-Fatihi Lima Ughliq Wal Khotimi Lima Sabaq Nashiril Haqqi Bil Haqq Wal Haadi Ila Shirotikal Mustaqim Wa Ala Aalihi Haqqo Qodrihi Wa Miqdarihil Azhim
ILAHI BIKA ASTAGHISU FA AGHISNI Ya Tuhanku kepada-Mu aku memohon curahan pertolongan, maka tolonglah aku
WA ALAIKA TAWAKKALTU FAKFINI YA KAFI Kepada-Mu aku menyerahkan urusanku, maka berilah aku kecukupan wahai yang memberi kecukupan
IKFINIL MUHIMMATI MIN AMRI-D-DUNYA WAL AKHIROT Cukupkan kepadaku segala keperluanku untuk dunia dan akhirat
( dibaca 3 kali)
YA ROHMANA-D-DUNYA WAL AKHIROTI WA ROHIMAHUMA Wahai Sang Pengasih Untuk Dunia Dan Akhirat Dan Juga Sang Penyayang Untuk Keduanya
INNI ABDU-KA BI-BAB-I-KA DZALILU-KA BI-BAB-I-KA Akulah Hamba Sahaya-Mu Berada Di Pintu-Mu. (Aku Adalah) Orang Kecil Berada Di Pintu-Mu
ASIRU-KA BI-BAB-I-KA MISKINU-KA BI-BAB-I-KA (Aku Adalah) Seorang Tawanan Yang Berada Di Pintu-Mu. (Aku Adalah) Seorang Miskin Berada Di Pintu-Mu
SHONI’UKA BI-BAB-I-KA YA ROBBAL ALAMIN (Aku Adalah) Ciptaan-Mu Yang Berada Di Pintu-Mu. Wahai Penguasa Alam Semesta Ini
AT-THOLIHU BIBABIKA Orang Yang Tidak Baik Ini Berada Di Pintu-Mu
YA GHIYASAL MUSTAGHISIN Wahai Yang Mengabulkan Permohonan Pertolongan Dari Sekian Banyak Yang Memohon Pertolongan
MAMHUMUKA BI-BAB-I-KA (Aku Adalah) Yang Mengharapkan-Mu Berada Di Pintu-Mu
YA KASHIFAL KARBI KULLIL MAKRUBIN Wahai Yang Melenyapkan Kesedihan Orang-Orang Yang Dilanda Kesedihan,
WA ANA ASHIKA YA THOLIBAL MUSTAGFIRIN Sementara Aku Ini Berbuat Dosa Di Hadapan-Mu. Wahai Yang Tumpuan Para Peminta Ampun
AL-MUQIRRU BI-BABIKA YA GHOFIRON LIL MUDZNIBIN Seorang Yang Mengaku Dosa Berada Di Pintu-Mu. Wahai Sang Pengampun Bagi Orang-Orang Yang Berdosa
AL-MU’TARIFU BIBABIKA YA ARHAMARROHIMIN Seorang Yang Menyatakan Kesalahannya Di Pintu-Mu. Wahai Yang Paling Pengasih Dari Sekian Pengasih
AL-KHOTI’U BI-BAB-I-KA YA ROBBAL ALAMIN ADZ-DZOLIMU BI-BAB-I-KA , Seorang Yang Bersalah Berada Di Pintu-Mu. Wahai Penguasa Jagad Raya, Seorang Yang Zhalim Berada Di Pintu-Mu
AL-BAISUL KHOSYIU BI-BAB-I-KA IRHAMNI YA MAULAYA Seorang Yang Lemah Dan Tunduk Berada Di Pintu-Mu. Sayangilah Aku Wahai Tuhanku Wahai Tuhanku
(dibaca 3 kali)
ILAHI ANTAL GHOFIRU WA ANAL MUSIU WA HAL YARHAMUL MUSIA ILLAL GHOFIRU MAULAYA MAULAYA Ilahi, Engkau Adalah Yang Mengampuni Sementara Aku Adalah Yang Berdosa, Adakah Lagi Yang Sayang Kepada Orang Yang Berdosa Kalau Bukan Yang Maha Pengampun? Ya Tuhanku Ya Tuhanku
ILAHI ANTAR-ROBBU WA ANAL ABDU WA HAL YARHAMUL ABDA ILLA ROBBU MAULAYA MAULAYA Ilahi, Engkau Adalah Rabb(Tuhan), Sementara Aku Adalah Hamba, Adakah Lagi Yang Menyayangi Hamba Kalau Bukan Rabb-Nya? Ya Tuhanku Ya Tuhanku
ILAHI ANTAL QOWIYYU WA ANA-D-DHOIFU WA HAL YARHAMUD-DHOIFA ILLAL QOWIYYU MAULAYA MAULAYA Ilahi, Engkau Adalah Sang Pemilik Kekuatan, Sementara Aku Adalah Yang Lemah, Adakah Lagi Yang Sayang Kepada Yang Lemah Kecuali Sang Pemilik Kekuatan. Ya Tuhanku Ya Tuhanku
ILAHI ANTAL AZIZU WA ANA-D-DZALILU WA HAL YARHAMUD-DZALILA ILLAL AZIZU MAULAYA MAULAYA Ilahi, Engkau Adalah Yang Maha Perkasa, Sementara Aku Adalah Orang Kecil. Adakah Lagi Yang Menyayangi Orang Kecil Ini Kalau Bukan Yang Maha Perkasa. Ya Tuhanku Ya Tuhanku
ILAHI ANTAL KARIMU WA ANA-L-LAIMU WA HAL YARHAMU-L-LAIMA ILLAL KARIMU MAULAYA MAULAYA Ilahi, Engkau Adalah Yang Bersifat Karim Sang Pemurah, Sementara Aku Adalah Orang Yang Tercela, Adakah Lagi Yang Menyayangi Orang Yang Tercela Ini Kalau Bukan Yang Maha Pemurah. Ya Tuhanku Ya Tuhanku
ILAHI ANTA-R-ROZZAQU WA ANA-L MARZUQU WA HAL YARHAMUL MARZUQO ILLAL ROZZAQU MAULAYA MAULAYA Ilahi, Engkau Adalah Sang Pemberi Rizki Sementara Aku Adalah Yang Diberi Rezeki. Adakah Lagi Yang Menyayangi Orang Yang Diberi Ini Kalau Bukan Sang Pemberi Rezeki. Ya Tuhanku Ya Tuhanku
ILAHI ANA DHOIFU ANA DZALILU ANAL HAQIRU ANTAL ALIYYU ANTAL AFUWWU ANTAL GHAFUR ANTAL GHOFFAR Ilahi, Aku Ini Lemah, Rendah Dan Hina. Engkau Adalah Maha Tinggi. Engkau Adalah Maha Pemaaf. Engkau Adalah Maha Pengampun. Engkau Adalah Sang Pengampun
ANTAL HANNAN ANTAL MANNAN ANAL MUDZNIBU ANAL KHOIFU ANA-D-DHOIFU Engkau Bersifat Hannan (Yang Maha Penyayang terhadap hamba-Nya, memuliakan orang-orang yang berbuat baik dan mengampuni yang bersalah) Engkau Bersifat Mannan (Yang Maha Pemberi, Yang Maha Pemurah): Yang memulai pemberian sebelum diminta, banyak memberi, memberi nikmat kepada hamba-hamba-Nya dengan berbagai macam kebaikan, nikmat, rizqi dan pemberian), Sementara Itu Aku Adalah Seorang Yang Berdosa, Seorang Yang Takut, Aku Seorang Yang Lemah
ILAHI AL-AMANA AL-AMANA FI DZULMATIL QOBRI WA DHIQOTIHI Ilahi Berilah Aku Keamanan..Berikan Aku Keamanan Dalam Gelap Dan Sempitnya Alam Kubur
ILAHI AL-AMANA AL-AMANA INDA SUALI MUNKARIN WA NAKIRIN WA HAIATIHIMA Ilahi Berilah Hamba Keamanan, Berilah Hamba Kemanan Pada Saat Menghadapi Pertanyaan Munkar Dan Nakir Serta Rupa Mereka Yang Mengerikan
ILAHI AL-AMANA AL-AMANA INDA WAHSYATIL QOBRI WA SYIDDATIHI Ilahi Berilah Hamba Keamanan, Berilah Hamba Keamanan Pada Saat Dahsyat Dan Ngerinya Alam Kubur
ILAHI AL-AMANA AL-AMANA FI YAUMIN KANA MIQDARUHU HOMSINA ALFA SANATIN Ilahi Berikan Hamba Kemanan Berikan Hamba Keamanan Pada Suatu Hari Yang Kelak Lama Seharinya Sebanding Dengan 50.000 Tahun
ILAHI AL-AMANA AL-AMANA YAUMA YUNFAHU FIS-SHUWARI FA-FAZI’A MAN FISSAMAWATI WA MAN FIL ARDHI ILLA MASYA ALLAH Ilahi berilah hamba keamanan berilah hamba keamanan pada “Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah” (Q.S An-Naml 27)
ILAHI AL-AMANA AL-AMANA YAUMA DZUL ZILATIL ARDHU ZILZALAHA. Ilahi Berikan Hamba Keamanan Berikan Hamba Keamanan Pada Hari Bumi Diguncang Dengan Hebat
ILAHI AL-AMANA AL-AMANA YAUMA TASYAQQOQU-S-SAMA-U BIL GHOMAM Ilahi berilah hamba keamanan berilah hamba keamanan ”Dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah belah mengeluarkan kabut putih” (Q.S Al-Furqon 25)
ILAHI AL-AMANA AL-AMANA YAUMA TUTWAS-SAMA-U KATHOYYIS-SIJILLI LIL KITAB Ilahi Berikan Hamba Keamanan Berikan Hamba Keamanan Pada Hari Langit Dibentangkan Seperti Terbentangkan Lembaran Buku
ILAHI AL-AMANA-AL-AMANA YAUMA TUBADDALUL ARDHU GHOIRUL ARDHI WAS-SAMAWATU WA BAROZU LIL-LAHIL WAHIDIL QOHHAR Ilahi Berikan Hamba Keamanan Berikan Hamba Keamanan Pada Hari Dimana Bumi Nanti Bukan Bumi Sekarang Dan Langitnya Pun Bukan Langit Yang Sekarang, Lalu Semua Mahluk Datang Menghadap Kepada Yang Satu Lagi Maha Hebat
ILAHI AL-AMANA AL-AMANA YAUMA YANDZURUL MAR’U MA QODDAMAT YADAAHU WA YAQULUL KAFIRU YA LAITANI KUNTU TUROBA Ilahi, Berilah Hamba Keamanan Berilah Hamba Keamanan Dimana Seseorang Kelak Menyaksikan Apa Yang Ia Perbuat Pada Waktu Di Dunia, Dan Pada Saat Itu Orang Yang Tidak Beriman Berkata “Seandainya Aku Adalah Tanah”
ILAHI AL-AMANA AL-AMANA YAUMA YUNADIL MUNADI MIN BUTNANIL ARSYI AINAL ASHUNA WA AINAL MUDZNIBUN WA AINAL KHOSIRUN HALUMMU ILAL HISABI Ilahi Berilah Hamba Keamanan Berilah Hamba Keamanan Pada Hari Dimana Ada Suara Memanggil Dari Dalam Arasy “Mana Orang-Orang Yang Melanggar Perintah Allah! Mana Orang-Orang Yang Berdosa! Mana Orang-Orang Yang Merugi! Kemari Semuanya Menuju Perhitungan Amal
WA ANTA TA’LAMU SIRRI WA ALA NIYATI FAQBAL MA’DZIROTI Ya Allah Engkau Mengetahui Apapun Dariku Baik Yang Tersembunyi Maupun Yang Terlihat, Maka Terimalah Ya Allah Permohonan Maafku.
ILAHI AH MIN KATSROTI-D-DZUNUBI WAL ISHYANI Ilahi Aku Menyesal Atas Banyaknya Dosa Dan Pelanggaran Perintah Agama
AH MIN KATSROTI-D-DZULMI WAL JAFA’I aku menyesal atas banyaknya tindakan zalim dan yang sia-sia
AH MIN NAFSIL MATRUDI AH MIN NAFSIL MATBU’I BIL HAWA MINAL HAWA Aku Menyesal Atas Diriku Yang Tidak Diterima. Aku Menyesal Atas Diriku Yang Dicap Oleh Keinginan Dan Keinginan
AGHISNI YA GHIYASAL MUSTAGHISIN AGHISNI INDA TAGHOYYURI HAALI Tolonglah Aku Wahai Yang Mengabulkan Permohonan Pertolongan Dari Sekian Banyak Yang Memohon Pertolongan. Berilah Hamba Pertolongan Disaat Bergantinya Keadaan.
ALLAHUMMA INNI ABDUKAL MUDZNIBU AL-MUJRIMU AL-MUHTI’U Ya Allah Saya Adalah Hambamu Yang Berdosa, Yang Jahat Dan Yang Bersalah
AJIRNI MINAN-NAR YA MUJIR YA MUJIR YA MUJIR Bebaskan Aku Dari Neraka, Wahai Yang Memberi Keselamatan, Wahai Yang Memberi Keselamatan, Wahai Yang Memberi Keselamatan
ALLAHUMA IN-TARHAMNI FA ANTA AHLUN WA IN TU’ADZIBNI FA ANA AHLUN Ya Allah Jika Engkau Menyayangi Diriku Maka Engkaulah Yang Dapat Melakukannya. Jika Engkau Menyiksa Diriku, Maka Aku Tentu Patut Menerimanya
FARHAMNI YA AHLAT-TAQWA WA YA AHLAL MAGHFIROH WA YA ARHAMAR ROHIMIN WA YA KHOIRUN-NASHIRIN WA YA KHOIROL-GHOFIRIN Ampunilah Aku Wahai Yang Ditakuti, Wahai Yang Memberi Keampunan. Wahai Yang Penyayang Diatas Segala Penyayang. Wahai Penolong Terbaik. Wahai Yang Sebaik-Baiknya Pemberi ampunan
HASBIYALLAH WAHDAH BIROHMATIKA YA ARHAMARROHIMIN Cukuplah Bagi Diriku Allah Semata. Atas Kasih Sayang-Mu Wahai Yang Maha Penyayang Diatas Segala Yang Menyayangi
WA SHOLLALOHU ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA ALIHI WA SHOHBIHI AJMAIN WA SALLAMA TASLIMAN Semoga Allah Memberikan Sholawat Kepada Junjungan Kami, Muhammad Berikut Kepada Keluarga Dan Sahabatnya Seluruhnya, Serta Semoga Allah Pun Memberikan Salam Kepada Beliau.
WALHAMDULILLAHI ROBBIL ALAMIN Akhirnya Segala Bentuk Pujian Hanya Milik Allah. Penguasa Alam Semesta Raya
Uwais Al-Qorni
Bismillahi Ar Rahmaani Ar Rahiimi
JALUR KETURUNAN UWAIS AL QARNI
Uwais Al Qarni adalah seorang sufi yang lahir disebuah desa terpencil bernama Qaran di dekat Nejed, anak dari Amir, sehingga dia mempunyai nama lengkap Uwais bin Amir Al Qairani, karena beliau lahir dilahirkan di desa yang bernama Qaran, sehingga beliau lebih di kenal dengan sebutan Uwais Al Qarni. Dan para ahli sejarah tidak menceritakan tanggal dan tahun berapa beliau dilahirkan.
Dikalangan para sufi beliau dikenal sebagai seorang yang ta'at dan berbakti kepada kedua orang tua, dan kehiduapannya yang amat sederhana dan zuhud yang sejati, beliau juga dikenal sebagai orang sufi yang mempunyai ilmu kesucian diri yang amat luar biasa yang dilimpahkan Allah SWT kepadanya.
KEHIDUPAN UWAIS AL QARNI
Sejak kecil Uwais hidup dalam kehidupan keluarga yang ta'at beribadah, dan sejak kecil beliau tidak pernah mengenyam pendidikan dilembaga-lembaga pendidikan maupun pesantren, sejak kecil beliau hanya mengenyam dan memperoleh pendidikan dari orang tuanya sendiri.
Sebagai anak yang ta'at dan patuh kepada orang tua, Uwais giat bekerja sebagai penggembala untuk membantu orang tuanya. Karena sejak kecil beliau selalu bergaul dengan para penggembala dan waktu luangnya hanya dihabiskan untuk menggembala hewan-hewan milik tuannya, sehingga dirinya tidak banyak dikenal orang lain, kecuali para penggembala dan orang-orang yang ada disekitarnya.
KEISTIMEWAAN UWAIS AL QARNI
► Walaupun beliau tidak pernah bertemu dengan Rasulullah SAW, tetapi rohaninya selalu berhubungan.
► Pada hari kiamat nanti, dimana semua manusia akan dibangkitkan kembali, Uwais Al Qarni akan memberikan syafa'at kepada sejumlah manusia sebanyak domba yang dimiliki Rabi'ah dan Mundhar, demikian yang disabdakan Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khattab.
► Beliau adalah seorang sufi yang amat sederhana, takut dan ta'at pada Allah SWT, ta'at pada Rasulullah SAW dan kedua orang tuanya. Pada waktu siang hari beliau selalu giat bekerja, tetapi walaupun beliau pada siang hari giat bekerja, mulutnya selalu membaca istighfar dan membaca ayat-ayat Al Quran.
► Setiap hari beiau selalu dalam keadaan lapar dan hanya memiliki pakaian yang melekat pada tubuhnya. Ini menunjukkan bahwa beliau hidup sangat sederhana sekali. Daan dalam kesederhanaan itu beliau selalu berdo'a kepada Allah SWT, "Ya Allah, janganlah ENGKAU siksa aku karena ada yang mati kelaparan dan jangan pula ENGKAU siksa aku karena ada yang kedinginan".
► Beliau selalu bersam Tuhan dan orang-orang yang lemah. Beliau dapat merasakan penderitaan yang dialami oleh orang-orang yang lemah dan membuat dirinya seperti mereka sebagaimana yang pernah diamalkan Rasulullah SAW.
Banyaknya keistimewaan yang dimiliki oleh seorang Uwais Al Qarni, hingga membuat Rasulullah SAW memerintahkan kepada Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib untuk menemui Uwais sambil menyampaikan salam dari Rasulullah SAW.
Ketika Umar dan Ali berhasil menemui Uwais, terjadilah percakapan sebagaimana yang telah dituturkan oleh Abu Na'im Al Asfahani,
Umar ► "apa yang anda kerjakan disini.?"
Uwais ► "Disini saya bekerja sebagai penggembala"
Umar ► "Siapa sebenarnya anda ini.?"
Uwais ► "Saya adalah hamba Allah SWT
Umar ► "Semuanya sudah tahu, kita semua adalah hamba Allah SWT, izinkanlah kami mengetahui dan mengenal anda lebih dekat"
Uwais ► "Silahkan"
Umar dan Ali ► "Setelah kami perhatikan, kami mempunyai kesimpulan bahwa anda inilah orang yang pernah diceritakan Rasulullah SAW kepada kami, oleh karena itu berilah kami pelajaran dan do'akan kami agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat".
Uwais ► "Saya tidak mendo'akan seseorang secara khusus. Setiap hari kami elalu mendo'akan kepada seluruh umat Islam. Siapa sebenarnya anda berdua ini.?".
Ali ► "Beliau adalah Umar bin Khattab Amirul Mukminin dan saya adalah Ali bin Abi Thalib, kami berdua diutus Rasulullah SAW menemui anda dan menyampaikan salam dari Rasulullah SAW.
Uwais ► "Assalaamu 'alaikum wahai Amirul Mukminin dan wahai Ali bin Abi Thalib, semoga Allah SWT selalu memberi kebaikan kepada tuan berdua atas jasa-jasa tuan kepada umat Islam".
Umar ► "Berilah kami pelajaran yang bermanfaat wahai hamba Allah".
Uwais ► "Carilah Rahmat Allah SWT dengan ta'at dan mengikuti dengan penuh pengharapan dan takutlah tuan kepada Allah SWT."
Umar ► "Terima kasih atas pelajaran yang anda berikan pada kami yang sangat berharga ini. Dan kami telah menyediakan kepada anda seperangkat pakaian dan uang untuk tuan. Kami mengharapkan agar anda menerimanya."
Uwais ► "Terima kasih wahai Amirul Mukminin, kami tidak menolak dan juga tidak membutuhkan apa yang tuan awa. Upah yang saya terima 4 dirham itu sangat berlebihan, sehingga sisanya saya berikan kepada ibuku. Sehari-hari saya hanya memakan buah korma dan minum air putih dan sayaini belum pernah memakan makanan yang dimasak. Kurasakan hidupku ini seolah-olah tidak sampai pada petang hari dan kalau tiba petang hari saya tidak merasa sampai pada pagi hari. Hati saya selalu mengingat Allah SWT dan sangat kecewa kalau tidak sampai mengingat-Nya.
Ada beberapa pokok pelajaran dari seorang Uwais al Qarni agar manusia memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
"Seseorang akn memperoleh ketenangan dan ketenteraman jika hatinya selalu berdzikir kepada allah SWT dan tidak pernah terputus."
"Dan bahwa Hati itu hanyalah untuk Allah SWT, bukan untuk yang lainnya. Oleh karena itu kuasailah nafsu dan tundukkanlah secara penuh."
WAFATNYA UWAIS AL QARNI
Walaupun Uwais setiap hari selalu menyendiri dan tidak pernah berkumpul dengan orang lain, namun pada saat-saat tertentu seperti ketika ada panggilan jihad untuk membela dan mempertahankan agama Allah SWT, maka beliau ikut terpanggil bersama orang Islam lainnya untuk berperang membela kebenaran.
Ketika terjadi perang shiffin antara golongan Ali melawan golongan Muawiyah, Uwais berada pada golongannya Ali bin Abi Thalib. Ketika orang-orang Islam membebaskan daerah romawi, beliau ikut barisan tentara Islam, dan ketika kembali ditengah perjalanan beliau terserang penyakit dan meninggal pada tahun 39 H.
JALUR KETURUNAN UWAIS AL QARNI
Uwais Al Qarni adalah seorang sufi yang lahir disebuah desa terpencil bernama Qaran di dekat Nejed, anak dari Amir, sehingga dia mempunyai nama lengkap Uwais bin Amir Al Qairani, karena beliau lahir dilahirkan di desa yang bernama Qaran, sehingga beliau lebih di kenal dengan sebutan Uwais Al Qarni. Dan para ahli sejarah tidak menceritakan tanggal dan tahun berapa beliau dilahirkan.
Dikalangan para sufi beliau dikenal sebagai seorang yang ta'at dan berbakti kepada kedua orang tua, dan kehiduapannya yang amat sederhana dan zuhud yang sejati, beliau juga dikenal sebagai orang sufi yang mempunyai ilmu kesucian diri yang amat luar biasa yang dilimpahkan Allah SWT kepadanya.
KEHIDUPAN UWAIS AL QARNI
Sejak kecil Uwais hidup dalam kehidupan keluarga yang ta'at beribadah, dan sejak kecil beliau tidak pernah mengenyam pendidikan dilembaga-lembaga pendidikan maupun pesantren, sejak kecil beliau hanya mengenyam dan memperoleh pendidikan dari orang tuanya sendiri.
Sebagai anak yang ta'at dan patuh kepada orang tua, Uwais giat bekerja sebagai penggembala untuk membantu orang tuanya. Karena sejak kecil beliau selalu bergaul dengan para penggembala dan waktu luangnya hanya dihabiskan untuk menggembala hewan-hewan milik tuannya, sehingga dirinya tidak banyak dikenal orang lain, kecuali para penggembala dan orang-orang yang ada disekitarnya.
KEISTIMEWAAN UWAIS AL QARNI
► Walaupun beliau tidak pernah bertemu dengan Rasulullah SAW, tetapi rohaninya selalu berhubungan.
► Pada hari kiamat nanti, dimana semua manusia akan dibangkitkan kembali, Uwais Al Qarni akan memberikan syafa'at kepada sejumlah manusia sebanyak domba yang dimiliki Rabi'ah dan Mundhar, demikian yang disabdakan Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khattab.
► Beliau adalah seorang sufi yang amat sederhana, takut dan ta'at pada Allah SWT, ta'at pada Rasulullah SAW dan kedua orang tuanya. Pada waktu siang hari beliau selalu giat bekerja, tetapi walaupun beliau pada siang hari giat bekerja, mulutnya selalu membaca istighfar dan membaca ayat-ayat Al Quran.
► Setiap hari beiau selalu dalam keadaan lapar dan hanya memiliki pakaian yang melekat pada tubuhnya. Ini menunjukkan bahwa beliau hidup sangat sederhana sekali. Daan dalam kesederhanaan itu beliau selalu berdo'a kepada Allah SWT, "Ya Allah, janganlah ENGKAU siksa aku karena ada yang mati kelaparan dan jangan pula ENGKAU siksa aku karena ada yang kedinginan".
► Beliau selalu bersam Tuhan dan orang-orang yang lemah. Beliau dapat merasakan penderitaan yang dialami oleh orang-orang yang lemah dan membuat dirinya seperti mereka sebagaimana yang pernah diamalkan Rasulullah SAW.
Banyaknya keistimewaan yang dimiliki oleh seorang Uwais Al Qarni, hingga membuat Rasulullah SAW memerintahkan kepada Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib untuk menemui Uwais sambil menyampaikan salam dari Rasulullah SAW.
Ketika Umar dan Ali berhasil menemui Uwais, terjadilah percakapan sebagaimana yang telah dituturkan oleh Abu Na'im Al Asfahani,
Umar ► "apa yang anda kerjakan disini.?"
Uwais ► "Disini saya bekerja sebagai penggembala"
Umar ► "Siapa sebenarnya anda ini.?"
Uwais ► "Saya adalah hamba Allah SWT
Umar ► "Semuanya sudah tahu, kita semua adalah hamba Allah SWT, izinkanlah kami mengetahui dan mengenal anda lebih dekat"
Uwais ► "Silahkan"
Umar dan Ali ► "Setelah kami perhatikan, kami mempunyai kesimpulan bahwa anda inilah orang yang pernah diceritakan Rasulullah SAW kepada kami, oleh karena itu berilah kami pelajaran dan do'akan kami agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat".
Uwais ► "Saya tidak mendo'akan seseorang secara khusus. Setiap hari kami elalu mendo'akan kepada seluruh umat Islam. Siapa sebenarnya anda berdua ini.?".
Ali ► "Beliau adalah Umar bin Khattab Amirul Mukminin dan saya adalah Ali bin Abi Thalib, kami berdua diutus Rasulullah SAW menemui anda dan menyampaikan salam dari Rasulullah SAW.
Uwais ► "Assalaamu 'alaikum wahai Amirul Mukminin dan wahai Ali bin Abi Thalib, semoga Allah SWT selalu memberi kebaikan kepada tuan berdua atas jasa-jasa tuan kepada umat Islam".
Umar ► "Berilah kami pelajaran yang bermanfaat wahai hamba Allah".
Uwais ► "Carilah Rahmat Allah SWT dengan ta'at dan mengikuti dengan penuh pengharapan dan takutlah tuan kepada Allah SWT."
Umar ► "Terima kasih atas pelajaran yang anda berikan pada kami yang sangat berharga ini. Dan kami telah menyediakan kepada anda seperangkat pakaian dan uang untuk tuan. Kami mengharapkan agar anda menerimanya."
Uwais ► "Terima kasih wahai Amirul Mukminin, kami tidak menolak dan juga tidak membutuhkan apa yang tuan awa. Upah yang saya terima 4 dirham itu sangat berlebihan, sehingga sisanya saya berikan kepada ibuku. Sehari-hari saya hanya memakan buah korma dan minum air putih dan sayaini belum pernah memakan makanan yang dimasak. Kurasakan hidupku ini seolah-olah tidak sampai pada petang hari dan kalau tiba petang hari saya tidak merasa sampai pada pagi hari. Hati saya selalu mengingat Allah SWT dan sangat kecewa kalau tidak sampai mengingat-Nya.
Ada beberapa pokok pelajaran dari seorang Uwais al Qarni agar manusia memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
"Seseorang akn memperoleh ketenangan dan ketenteraman jika hatinya selalu berdzikir kepada allah SWT dan tidak pernah terputus."
"Dan bahwa Hati itu hanyalah untuk Allah SWT, bukan untuk yang lainnya. Oleh karena itu kuasailah nafsu dan tundukkanlah secara penuh."
WAFATNYA UWAIS AL QARNI
Walaupun Uwais setiap hari selalu menyendiri dan tidak pernah berkumpul dengan orang lain, namun pada saat-saat tertentu seperti ketika ada panggilan jihad untuk membela dan mempertahankan agama Allah SWT, maka beliau ikut terpanggil bersama orang Islam lainnya untuk berperang membela kebenaran.
Ketika terjadi perang shiffin antara golongan Ali melawan golongan Muawiyah, Uwais berada pada golongannya Ali bin Abi Thalib. Ketika orang-orang Islam membebaskan daerah romawi, beliau ikut barisan tentara Islam, dan ketika kembali ditengah perjalanan beliau terserang penyakit dan meninggal pada tahun 39 H.
Kisah Uwais Al-Qorni
TAK TERKENAL DI BUMI, TERKENAL DI LANGIT
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Al Qur’an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit. Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justru dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at, ternyata Allah memberi izin dia untuk memberi syafa’at sejumlah qobilah Robi’ah dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan surga tak ada yang ketinggalan karenanya.Dia adalah “Uwais al-Qarni”. Ia tak dikenal banyak orang dan juga miskin, banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya.Seorang fuqoha’ negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya, memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik, karena hadiah pakaian tadi diterima lalu dikembalikan lagi olehnya seraya berkata :“Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, dari mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari mencuri”.Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya.Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur. Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran.Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam. Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum.Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya.Di ceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada beliau SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya.Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah beliau dari dekat ? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat membutuhkan perawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa.Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan Uwais, dan berkata:“Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”.Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman. Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya.Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatina ‘Aisyah r.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang.Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang. Tapi, kapankah beliau pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman,” Engkau harus lekas pulang”.Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi SAW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada sayyidatina ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan perasaan haru.Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda Rosulullah SAW, sayyidatina ‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi sayyidatina ‘Aisyah r.a., memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.Rosulullah SAW bersabda : “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.”Sesudah itu beliau SAW, memandang kepada sayyidina Ali k.w. dan sayyidina Umar r.a. dan bersabda : “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”.Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah di estafetkan Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW. tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kepada sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama.Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka. Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni.Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri shalatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar ! Dia penghuni langit.Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut, siapakah nama saudara ?“Abdullah”, jawab Uwais.Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan : “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?”Uwais kemudian berkata: “Nama saya Uwais al-Qorni”.Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan mendo’akan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah:“Sayalah yang harus meminta do’a kepada kalian”.Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata:“Kami datang ke sini untuk mohon do’a dan istighfar dari anda”.Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya.Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata : “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar beritanya.Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh Uwais , waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat.Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan sholat di atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu.“Wahai waliyullah,” Tolonglah kami !” tetapi lelaki itu tidak menoleh.Lalu kami berseru lagi,” Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!”Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata: “Apa yang terjadi ?”“Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihantam ombak ?”tanya kami.“Dekatkanlah diri kalian pada Allah ! ”katanya.“Kami telah melakukannya.”“Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca bismillahirrohmaanirrohiim!”Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul di dekat itu. Pada saat itu jumlah kami lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam, sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu orang itu berkata pada kami ,”Tak apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat”.“Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ? ”Tanya kami.“Uwais al-Qorni”. Jawabnya dengan singkat.Kemudian kami berkata lagi kepadanya, ”Sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir.” “Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?” tanyanya.“Ya,”jawab kami.Orang itu pun melaksanakan sholat dua rakaat di atas air, lalu berdo’a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang tertinggal.Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, “ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan sayyidina Umar r.a.)Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang.Mereka saling bertanya-tanya : “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni ? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta ? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa “Uwais al-Qorni” ternyata ia tak terkenal di bumi tapi menjadi terkenal di langit.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Al Qur’an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit. Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justru dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at, ternyata Allah memberi izin dia untuk memberi syafa’at sejumlah qobilah Robi’ah dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan surga tak ada yang ketinggalan karenanya.Dia adalah “Uwais al-Qarni”. Ia tak dikenal banyak orang dan juga miskin, banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya.Seorang fuqoha’ negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya, memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik, karena hadiah pakaian tadi diterima lalu dikembalikan lagi olehnya seraya berkata :“Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, dari mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari mencuri”.Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya.Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur. Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran.Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam. Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum.Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya.Di ceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada beliau SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya.Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah beliau dari dekat ? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat membutuhkan perawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa.Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan Uwais, dan berkata:“Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”.Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman. Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya.Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatina ‘Aisyah r.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang.Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang. Tapi, kapankah beliau pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman,” Engkau harus lekas pulang”.Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi SAW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada sayyidatina ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan perasaan haru.Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda Rosulullah SAW, sayyidatina ‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi sayyidatina ‘Aisyah r.a., memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.Rosulullah SAW bersabda : “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.”Sesudah itu beliau SAW, memandang kepada sayyidina Ali k.w. dan sayyidina Umar r.a. dan bersabda : “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”.Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah di estafetkan Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW. tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kepada sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama.Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka. Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni.Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri shalatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar ! Dia penghuni langit.Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut, siapakah nama saudara ?“Abdullah”, jawab Uwais.Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan : “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?”Uwais kemudian berkata: “Nama saya Uwais al-Qorni”.Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan mendo’akan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah:“Sayalah yang harus meminta do’a kepada kalian”.Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata:“Kami datang ke sini untuk mohon do’a dan istighfar dari anda”.Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya.Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata : “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar beritanya.Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh Uwais , waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat.Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan sholat di atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu.“Wahai waliyullah,” Tolonglah kami !” tetapi lelaki itu tidak menoleh.Lalu kami berseru lagi,” Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!”Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata: “Apa yang terjadi ?”“Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihantam ombak ?”tanya kami.“Dekatkanlah diri kalian pada Allah ! ”katanya.“Kami telah melakukannya.”“Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca bismillahirrohmaanirrohiim!”Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul di dekat itu. Pada saat itu jumlah kami lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam, sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu orang itu berkata pada kami ,”Tak apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat”.“Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ? ”Tanya kami.“Uwais al-Qorni”. Jawabnya dengan singkat.Kemudian kami berkata lagi kepadanya, ”Sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir.” “Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?” tanyanya.“Ya,”jawab kami.Orang itu pun melaksanakan sholat dua rakaat di atas air, lalu berdo’a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang tertinggal.Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, “ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan sayyidina Umar r.a.)Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang.Mereka saling bertanya-tanya : “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni ? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta ? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa “Uwais al-Qorni” ternyata ia tak terkenal di bumi tapi menjadi terkenal di langit.
Senin, 01 Februari 2010
dosa yang di sekenario Alloh, Apakah Benar..???


apakah benar ada DOSA yg sengaja di sekenarioi Alloh dgn tujuan agar manusia tidak TAKABUR dan sadar dengan posisinya sebagai makhluk yg lemah di hadapan Alloh...
seperti halnya nabi Adam as, yg sengaja Alloh sekenarioi untuk memakan Buah terlarang (surat al a'raf) agar nantinya manusia bisa beranak pinak d muka bumi dan doanya nabi Adam abadi hingga kini "Robbana ya Robbanaa DZOLAMNA Anfusana, wa ilam taghfirlana wa tarhamna lanaku nana minal khosirin"
atau seperti nabi Musa as, yang memukul orang hingga mati dan doa penyesalannya abadi hingga kini "Robbi inni DZOLAMTU nafsi faghfirli dambi lianaka laa yaghfiru dunuba illa anta..."
atau seperti nabi Yunus as, yang melakukan kesalahan dan akhirnya di makan ikan paus dan di dlm perut ikan beliau berdoa "laa illaha illa Anta, Subhanaka inni kungtum minad DZOLIMIIN"
atau seperti junjunan Rosululloh Saw, yg Alloh tegur karena mengabaikan orang buta yg bertanya kpd beliau (surat Abasa) lantas di dlm hadits beliau mengutarakan bahwa setiap hari beliau membaca istighfar sebanyak 100x
dan betapa kitapun sering merasa dekat dengan Alloh melalui penyesalan kita terhadap Dosa2 yg telah kita perbuat andai saja kita tak pernah melakukan kesalahan dan Dosa maka Mustahil kita membutuhkan pengampunan, Ridho dan rahmat Alloh SWT....
"ternyata dosa yang melahirkan rasa hina lebih baik daripada ketaatan yang melahirkan rasa takabur...merasa..merasa..dan merasa..."
walloohu a'lam...
" Maha Suci dan Maha Indah Alloh dgn Segala Rahasianya....."
wallohu a'lam................................
Minggu, 31 Januari 2010
Sabtu, 30 Januari 2010
Biografi KH.Ruhiat (Abah Cipasung)

'KH. Ruhiat'
Lahir 11 November 1911
Cipasung, Tasikmalaya
Meninggal 28 November 1977 (umur 66)
Cipasung, Tasikmalaya
Kewarganegaraan Indonesia
Nama lain Abah Ruhiat
Pekerjaan Pimpinan Pesantren
Pahlawan Nasional
Keyakinan agama Islam
Suami/Istri Hj. Aisyah
Hj. Badriyah
Anak 25 putra-putri
KH. Ruhiat adalah tokoh terkenal pada zamannya karena dialah pendiri pesantren Cipasung, Singaparna, Tasikmalaya. Namun generasi saat ini kurang lagi mengenal ketokohannya. Bahkan puteranya yaitu KH Iyas Ruhiat lebih dikenal apalagi setelah menduduki jabatan tertinggi di NU sebagai Rais Aam. Hal itu bisa dimengerti, kiai sepuh tersebut telah meninggal 29 tahun lalu. Tanggal 17 Dzulhijjah 1426 H yang bertepatan dengan 17 Januari 2006, adalah haul (peringatan hari wafat) ke-29 KH. Ruhiat.
Pesantren Cipasung saat ini merupakan pesantren terbesar dan paling berpengaruh di Jawa Barat. Perannya dalam penyiaran agama, pengembangan masyarakat dan menjaga harmoni sosial sangat besar. Selain keteguhannya mengembangkan pesantren yang responsif pada perkembangan dunia pendidikan, pada masa penjajahan, Ajengan Ruhiat juga seorang patriot yang mengorbankan tenaga dan pikirannya untuk kemerdekaan Republik Indonesia.
Jika syarat seorang pahlawan nasional adalah mendukung kemerdekaan sejak awal mula diproklamasikan, maka Ajengan Ruhiat (AR) memenuhi syarat itu. Tak lama setelah berita Proklamasi Kemerdekaan sampai ke Cipasung, AR segera pergi ke kota Tasikmalaya. Dengan menghunus pedang, ia berpidato di babancong, podium terbuka yang tak jauh dari Pendopo Kabupaten. Ia menyatakan dengan tegas bahwa kemerdekaan yang sudah diraih cocok dengan perjuangan Islam, oleh karenanya harus dipertahankan dan jangan sampai jatuh kembali ke tangan penjajah. Ia meneriakkan pekik merdeka seraya menghunus pedangnya itu. Dia tokoh Islam pertama di Tasikmalaya yang melakukan hal itu.
Ketika pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) berlangsung, ia tak goyah sekalipun gangguan dari pihak DI sangat kuat. Ia menolak tawaran menjadi salah seorang imam DI. Ia menampik gerakan yang disebutnya ‘mendirikan negara di dalam negara’ itu, karena melihatnya sebagai bughat (pemberontakan) yang harus ditentang. Puncaknya ia hampir diculik oleh satu regu DI, tetapi berhasil digagalkan. Akibat sikapnya yang tegas itu ia mengalami keprihatinan yang luar biasa, karena terpaksa harus mengungsi setiap malam hari, selama tiga tahun lamanya.
Kegigihannya sebagai seorang pejuang dibuktikan dengan pernah dipenjara tak kurang dari empat kali. Pertama, pada tahun 1941 ia dipenjara di Sukamiskin selama 53 hari bersama pahlawan nasional KH. Zainal Mustafa. Alasan penahanan ini karena Pemerintah Hindia Belanda cemas melihat kemajuan Pesantren Cipasung dan Sukamanah yang dianggap dapat mengganggu stabilitas kolonial. Kedua, bersama puluhan kiai ia dijebloskan ke penjara Ciamis. Ia hanya tiga hari di dalamnya karena keburu datang tentara Jepang yang mengambil alih kekuasaan atas Hindia Belanda tahun 1942. Ketiga, tahun 1944 ia dipenjara oleh pemerintah Jepang selama dua bulan, sebagai dampak dari pemberontakan KH. Zainal Mustofa di Sukamanah. Pada saat itu, Ajengan Cipasung dan Sukamanah lazim disebut dua serangkai dan sama-sama aktif dalam organisasi Nahdlatul Ulama (NU).
Kecintaan sang Ajengan pada NU sangat mendalam, oleh karena itu pada saat Ajengan Sukamanah berbulat tekad untuk melawan Jepang, keduanya membuat kesepakatan. Ajengan Sukamanah tidak akan melibatkan NU secara organisasi dan perjuangannya bersifat pribadi, agar NU tidak menjadi sasaran tembak tentara Jepang. Secara organisatoris, Ajengan Sukamanah menyatakan keluar dari NU (Aiko Kurasawa,1993). Dengan kesepakatan ini, jika terjadi akibat buruk dari perlawanannya--sesuatu yang sudah mereka perhitungkan--, organisasi NU tidak akan terbawa-bawa dan AR tetap bisa mengembangkan NU di Tasikmalaya dan Jawa Barat. Kesepakatan itu dibuktikan oleh Ajengan Ruhiat lewat keterlibatannya di NU sampai ke tingkat pusat.
Karirnya di PBNU dibuktikan dengan menjadi A’wan (pembantu) Syuriah PBNU periode 1954-56 dan 1956-59, serta perkembangan NU di Tasikmalaya dan Jawa Barat yang ditunjang oleh para alumni Cipasung. Keempat, ia dijebloskan ke penjara Tasikmalaya selama sembilan bulan pada aksi polisionil kedua, dan dibebaskan setelah penyerahan kedaulatan. Ini membuktikan bahwa AR seorang non-kooperatif sehingga sangat dibenci penjajah yang membonceng pasukan NICA itu. Sebelum masuk penjara yang terakhir itu, sepasukan tentara Belanda datang ke pesantren pada waktu ia sedang solat ashar bersama tiga orang santrinya. Tanpa peringatan apapun, tentara Belanda itu memberondongkan peluru ke arah mereka yang sedang solat. AR luput dari tembakan, tetapi dua santrinya tewas dan seorang lagi cedera di kepala.
Mungkin ia tidak disebut sebagai pahlawan karena tidak pernah menduduki jabatan dalam pemerintahan, sebab konsisten memilih jalur pendidikan pesantren sebagai pengabdiannya, bahkan sebagai tarekat-nya. “Tarekat Cipasung adalah mengajar santri,” ujarnya. Atau karena tidak pernah menjadi politisi yang berjuang di parlemen. Sebab katanya, “Biarlah bagian politik itu sudah ada ahlinya, Akang memimpin pesantren saja, jangan sampai semua ke politik. Kalau pesantren ditinggalkan, bagaimana nanti jadinya negara merdeka ini kalau penduduknya tidak berahlak agama?” Melihat track record-nya di atas, sesungguhnya tidak berlebihan jika ajengan patriot itu mendapat pengakuan sebagai Pahlawan Nasional.
Jumat, 29 Januari 2010
SILSILAH KEILMUAN PONPES CIPASUNG singaparna tasikmalaya
1. Jibril 'alaihissalam
2. Nabi Muhammad bin 'Abdullah shallallahu 'alaihi wasallam
http://ar.wikipedia.org/wiki/محمد_بن_عبد_الله
3. 'Abdullah bin Umar Ash-Shohabi radliyallahu 'anhu
http://ar.wikipedia.org/wiki/عبد_الله_بن_عمر_بن_الخطاب
4. Nafi' At-Tabi'i
http://ar.wikipedia.org/wiki/نافع
5. Malik bin Annas
http://ar.wikipedia.org/wiki/مالك_بن_أنس
6. Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i
http://ar.wikipedia.org/wiki/محمد_بن_إدريس_الشافعي
7. Abu Ibrahim bin 'Ismail Al-Mazani
http://ar.wikipedia.org/wiki/المزني
8. Jalaluddin 'Abdurrahman bin Kamal As-Suyuthi
http://ar.wikipedia.org/wiki/جلال_الدين_السيوطي
9. Imam Al-Haramain Abul Ma'ali 'Abdul Malik bin 'Abdullah Al-Juwaini
http://ar.wikipedia.org/wiki/أبو_المعالي_الجويني
10. Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali
http://ar.wikipedia.org/wiki/أبو_حامد_محمد_بن_محمد_الغزالي
11. Abul Qasim 'Abdul Karim bin Muhammad Al-Qazwaini Ar-Rafi'i
http://www.aslein.net/archive/index.php/t-113.html
12. Kamal Sya'ri
13. Muhyiddin Yahya bin Syarf An-Nawawi
http://ar.wikipedia.org/wiki/يحيى_بن_شرف_النووي
14. 'Abdurrohman Al-'Iraqi
15. 'Umar Al-Balqani
16. Abu Nashr Tajuddin 'Abdul Wahab bin 'Ali As-Subki
http://ar.wikipedia.org/wiki/تاج_الدين_السبكي
17. Muhammad bin Ahmad Al-Mahalli
18. Syaikhul Islam Zakaria bin Muhammad Al-Anshori
http://quran.maktoob.com/vb/quran32429/
19. Ibn Hajar Al-Haitami
http://www.shiaweb.org/books/madafea_alfoqafaa/pa9.html
20. Zainuddin bin 'Abdul Aziz Al-Malaibari
http://www.furat.com/index.php?page=authorinfo&a_id=4154
21. Ahmad bin Zain bin Ahmad bin Dahlan Al-Makki
http://www.al-yemen.org/vb/showthread.php?t=271557
22. Muhammad Nawawi bin 'Umar Al-Jawi Al-Bantani At-Tanari
http://www.pondokpesantren.net/ponpren/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=107
23. Muhammad Kholil Al-Maduri Al-Bangkalani
http://berdzikir.wordpress.com/2009/07/30/kh-kholil-bangkalan/#more-296
24. Agan Aon KH. Ahmad Suja'i Mama Mangunreja
25. KH. Ruhiat bin 'Abdul Ghafur
http://id.wikipedia.org/wiki/Ruhiat
26. Para Keluarga & Santri Cipasung
2. Nabi Muhammad bin 'Abdullah shallallahu 'alaihi wasallam
http://ar.wikipedia.org/wiki/محمد_بن_عبد_الله
3. 'Abdullah bin Umar Ash-Shohabi radliyallahu 'anhu
http://ar.wikipedia.org/wiki/عبد_الله_بن_عمر_بن_الخطاب
4. Nafi' At-Tabi'i
http://ar.wikipedia.org/wiki/نافع
5. Malik bin Annas
http://ar.wikipedia.org/wiki/مالك_بن_أنس
6. Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i
http://ar.wikipedia.org/wiki/محمد_بن_إدريس_الشافعي
7. Abu Ibrahim bin 'Ismail Al-Mazani
http://ar.wikipedia.org/wiki/المزني
8. Jalaluddin 'Abdurrahman bin Kamal As-Suyuthi
http://ar.wikipedia.org/wiki/جلال_الدين_السيوطي
9. Imam Al-Haramain Abul Ma'ali 'Abdul Malik bin 'Abdullah Al-Juwaini
http://ar.wikipedia.org/wiki/أبو_المعالي_الجويني
10. Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali
http://ar.wikipedia.org/wiki/أبو_حامد_محمد_بن_محمد_الغزالي
11. Abul Qasim 'Abdul Karim bin Muhammad Al-Qazwaini Ar-Rafi'i
http://www.aslein.net/archive/index.php/t-113.html
12. Kamal Sya'ri
13. Muhyiddin Yahya bin Syarf An-Nawawi
http://ar.wikipedia.org/wiki/يحيى_بن_شرف_النووي
14. 'Abdurrohman Al-'Iraqi
15. 'Umar Al-Balqani
16. Abu Nashr Tajuddin 'Abdul Wahab bin 'Ali As-Subki
http://ar.wikipedia.org/wiki/تاج_الدين_السبكي
17. Muhammad bin Ahmad Al-Mahalli
18. Syaikhul Islam Zakaria bin Muhammad Al-Anshori
http://quran.maktoob.com/vb/quran32429/
19. Ibn Hajar Al-Haitami
http://www.shiaweb.org/books/madafea_alfoqafaa/pa9.html
20. Zainuddin bin 'Abdul Aziz Al-Malaibari
http://www.furat.com/index.php?page=authorinfo&a_id=4154
21. Ahmad bin Zain bin Ahmad bin Dahlan Al-Makki
http://www.al-yemen.org/vb/showthread.php?t=271557
22. Muhammad Nawawi bin 'Umar Al-Jawi Al-Bantani At-Tanari
http://www.pondokpesantren.net/ponpren/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=107
23. Muhammad Kholil Al-Maduri Al-Bangkalani
http://berdzikir.wordpress.com/2009/07/30/kh-kholil-bangkalan/#more-296
24. Agan Aon KH. Ahmad Suja'i Mama Mangunreja
25. KH. Ruhiat bin 'Abdul Ghafur
http://id.wikipedia.org/wiki/Ruhiat
26. Para Keluarga & Santri Cipasung
SYEKH NAWAWI Al'Bantany
Sayid ’Ulamail Hijaz adalah gelar yang disandangnya. Sayid adalah penghulu, sedangkan Hijaz wilayah Saudi sekarang, yang di dalamnya termasuk Mekah dan Madinah. Dialah Syekh Muhammad Nawawi, yang lebih dikenal orang Mekah sebagai Nawawi al-Bantani, atau Nawawi al-Jawi seperti tercantum dalam kitab-kitabnya.
Al-Bantani menunjukkan bahwa ia berasal dari Banten, sedangkan sebutan al-Jawi mengindikasikan musalnya yang Jawah, sebutan untuk para pendatang Nusantara karena nama Indonesia kala itu belum dikenal. Kalangan pesantren sekarang menyebut ulama yang juga digelari asy-Syaikh al-Fakih itu sebagai Nawawi Banten.
Muhammad Nawawi lahir pada 1230 H (1815 M) di Tanara, sekitar 25 km arah utara Kota Serang. Ayahnya, Umar ibnu Arabi, adalah penghulu setempat. Ia sendiri yang mengajar putra-putranya (Nawawi, Tamim, dan Ahmad) pengetahuan dasar bahasa Arab, Fikih, dan Tafsir.
Kemudian mereka melanjutkan pelajaran ke Kiai Sahal, masih di Banten, dan setelah itu mesantren ke Purwakarta, Jawa Barat, kepada Kiai Yusuf yang banyak santrinya dari seluruh Jawa. Masih remaja ketika mereka menunaikan ibadah haji, Nawawi baru berusia 15 tahun, dan tinggal selama tiga tahun di mekah. Tapi, kehidupan intelektual Kota Suci itu rupanya mengiang-ngiang dalam diri si sulung, sehingga tidak lama setelah tiba di Banten ia mohon dikembalikan lagi ke Mekah. Dan di sanalah ia tinggal sampai akhir hayatnya. Ia wafat pada 25 Syawwal 1314 H/1897 M. Kabar lain menyebutkan kembalinya ke Tanah Suci, setelah setahun di Tanara meneruskan pengajaran ayahnya, disebabkan situasi politik yang tidak menguntungkan. Agaknya keduanya benar.
Di Mekah, selama 30 tahun Nawawi belajar pada ulama-ulama terkenal seperti Syekh Abdul Gani Bima, Syekh Yusuf Sumbulaweni, Syekh Nahrawi, dan Abdul Hamid Daghestani, selain pada Khatib Sambas, pemimpin tarekat Qadiriah, penulis kitab Fathul Arifin, bacaan pengamal tarekat di Asia Tenggara. Samba juga merupakan guru tokoh di balik pemberontakan petani Banten (1888), KH Abdul Karim alias Kiai Agung, yang menjelang ajal sang guru dipanggil kembali ke Mekah untuk menggantikan kedudukannya.
Dalam penggambaran Snouck Hurgronje, Syekh Nawawi adalah orang yang rendah hati. Dia memang menerima cium tangan dari hampir semua orang di Mekah, khususnyan orang Jawa, tapi itu hanya sebagai penghormatan kepada ilmu. Kalau ada orang yang meminta nasihatnya di bidang fikih, dia tidak pernah menolaknya.
Snouck Hurgronje pernah menanyakan, mengapa dia tidak mengajar di Masjid al-Haram, Syekh Nawawi menjawab bahwa pakaiannya yang jelek dan kepribadiannya yang tidak cocok dengan kemulian seorang profesor berbangsa Arab. Sesudah itu Snouck mengatakan bahwa banyak orang yang tidak berpengetahuan tidak sedalam dia, toh mengajar di sana juga. Nawawi menjawab, “Kalau mereka diizinkan mengajar di sana, pastilah mereka cukup berjasa untuk itu”.(Lihat, Steenbrink, Beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia, h. 117-122)
Pada tahun 1860-1970, Nawawi mulai aktif memberi pengajaran. Tapi itu dijalaninya hanya pada waktu-waktu senggang, sebab antara tahun-tahun tersebut ia sudah sibuk menulis buku-buku. Di antara murid-muridnya yang berasal dari Indonesia adalah:
KH Hasyim Asy’ari, Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Kelak bersama KH Wahab Hasbullah mendirikan Nahdlatul Ulama (NU).
KH Khalil, Bangkalan, Madura, Jawa Timur.
KH Mahfudh at-Tarmisi, Tremas, Jawa Timur.
KH Asy’ari, Bawean, yang kemudian diambil mantu oleh Syekh Nawawi dinikahkan dengan putrinya, Nyi Maryam.
KH Nahjun, Kampung Gunung, Mauk, Tangerang, yang dijadikan mantunya (cucu).
KH Asnawi, Caringin, Labuan (kelak memimpin Sarekat islam di Banten).
KH Ilyas, Kragilan, Serang.
KH Abdul Ghaffar, Tirtayasa, Serang.
KH Tubagus Bakri, Sempur, Purwakarta.
KH Mas Muhammad Arsyad Thawil, Tanara, Serang, yang kemudian dibuang Belanda ke Manado, Sulawesi Utara, karena peristiwa Geger Cilegon.
Mata pelajaran yang diajarkan Nawawi meliputi Fikih, Ilmu Kalam, Tasawuf/Akhlak, Tafsir, dan Bahasa Arab.
Karya-karyanya
Setelah tahun 1870 Nawawi memusatkan kegiatannya hanya untuk mengarang. Dan boleh dikata, Nawawi adalah penulis yang subur, kurang lebih dari 80 kitab yang dikarangnya. Tulisan-tulisannya meliputi karya pendek, berupa berbagai pedoman ibadah praktis, sampai tafsir al-Qur’an – sebagian besarnya merupakan syarah kitab-kitab para pengarang besar terdahulu.
Berikut contoh beberapa karya Nawawi, mulai dari fikih, tafsir, sampai bahasa Arab, yang kita kutip dari H Rafiuddin (Sejarah Hidup dan Silsilah al-Syeikh Kyai Muhammad Nawawi Tanari, 1399 H):
Sulam al-Munajah, syarah atas kitab Safinah ash-Shalah, karya Abdullah ibn Umar al-Hadrami.
Al-Tsimar al-Yaniat fi riyadl al-Badi’ah, syarah atas kitab Al-Riyadl al-Badi’ah fi Ushul ad-Din wa Ba’dhu furu’usy Sar’iyyah ’ala Imam asy-Syafi’i karya Syekh Muhammad Hasballah ibn Sulaiman.
Uqud al-Lujain fi Bayani Huquq al-Jawazain, kitab fikih mengenai hak dan kewajiban suami-istri
Nihayatuz Zain fi Irsyad al-Mubtadiin, syarah atas kitab Qurratul ’aini bi muhimmati ad-din, karya Zainuddin Abdul Aziz al-Maliburi.
Bahjat al-Wasil bi Syarhil Masil, syarah atas kitab Ar-Rasail al-Jami’ah Baina Ushul ad-Din wal-Fiqh wat-Tasawuf, karya Sayid Ahmad ibn Zein al-Habsyi.
Qut al-Habib al-Ghaib, Hasyiyah atas syarah Fathul Gharib al-Mujib karya Muhammad ibn Qasyim al-Syafi’i.
Asy-Syu’ba al-Imaniyyat, ringkasan atas dua kitab yaitu Niqayyah karya al-Sayuthi dan al-Futuhat al-Makiyyah karya Syekh Muhammad ibn Ali.
Marraqiyyul ’Ubudiyyat, syarah atas kitab Bidayatul Hidayah karya Abu hamid ibn Muhammad al-Ghazali .
Tanqih al-Qaul al-Hadits, syarah atas kitab Lubab al-Hadits karya al-Hafidz Jalaluddin Abdul Rahim ibn Abu Bakar as-Sayuthi.
Murah Labib li Kasyfi Ma’na al-Qur’an al-Majid, juga dikenal sebagai Tafsir Munir.
Qami’al Thughyan, syarah atas Syu’ub al Iman, karya Syekh Zaenuddin ibn Ali ibn Muhammad al-Malibari.
Salalim al-Fudlala, ringkasan/risalah terhadap kitab Hidayatul Azkiya ila Thariqil Awliya, karya Zeinuddin ibn Ali al-Ma’bari al-Malibari.
Nasaih al-Ibad, syarah atas kitab Masa’il Abi Laits, karya Imam Abi Laits.
Minqat asy-Syu’ud at-Tasdiq, syarah dari Sulam at-Taufiq karya Syeikh Abdullah ibn Husain ibn Halim ibn Muhammad ibn Hasyim Ba’lawi.
Kasyifatus Saja, syarah atas kitab Syafinah an-Najah, karya Syekh Salim ibn Sumair al-Hadrami.
Dalam pada itu, YA Sarkis menyebut 38 karya Nawawi yang penting, yang sebagiannya diterbitkan di Mesir. Misalnya Murah Labib, yang juga dikenal sebagai Tafsir Munir.
Berikut beberapa contoh karya Nawawi yang penting yang terbit di Mesir (Dhofier, 86):
Syarah al-Jurumiyah, isinya tentang tata bahasa Arab, terbit tahun 1881.
Lubab al-Bayan (1884).
Dhariyat al-Yaqin, isinya tentang doktrin-doktrin Islam, dan merupakan komentar atas karya Syekh sanusi, terbit tahun 1886.
Fathul Mujib. Buku ini merupakan komentar atas karya ad-Durr al-Farid, karya Syekh Nahrawi (guru Nawawi) terbit tahun 1881.
Dua jilid komentar tentang syair maulid karya al-Barzanji. Karya ini sangat penting sebab selalu dibacakan dalam perayaan-perayaan maulid.
Syarah Isra’ Mi’raj, juga karangan al-Barzanji.
Syarah tentang syair Asmaul Husna.
Syarah Manasik Haji karangan Syarbini terbit tahun 1880.
Syarah Suluk al-Jiddah (1883)
Syarah Sullam al-Munajah (1884) yang membahas berbagai persoalan ibadah.
Tafsir Murah Labib.
Syekh Nawawi menjadi terkenal dan dihormati karena keahliannya menerangkan kata-kata dan kalimat-kalimat Arab yang artinya tidak jelas atau sulit dimengerti yang tertulis dalam syair terkenal yang bernafaskan keagamaan. Kemasyhuran Nawawi terkenal di hampir seluruh dunia Arab. Karya-karyanya banyak beredar terutama di negara-negara yang menganut faham Syafi’iyah. Di Kairo, Mesir, ia sangat terkenal. Tafsirnya Murah Labib yang terbit di sana diakui mutunya dan memuat persoalan-persoalan penting sebagai hasil diskusi dan perdebatannya dengan ulama al-Azhar.
Di Indonesia khususnya di kalangan pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan Islam, serta peminat kajian Islam Syekh Nawawi tentu saja sangat terkenal. Sebagian kitabnya secara luas dipelajari di pesantren-pesantren Jawa, selain di lembaga-lembaga tradisional di Timur tengah, dan berbagai pemikirannya menjadi kajian para sarjana, baik yang dituangkan dalam skripsi, tesis, disertasi, atau paper-paper ilmiah, di dalam maupun luar negeri.
Beberapa karya ilmiah tentang Syekh Nawawi yang ditulis sarjana kita antara lain:
Ahmad Asnawi, Pemikiran Syekh Nawawi al-Bantani tentang Af’al al-’Ibad (Perbuatan Manusia), (Tesis Magister IAIN Jakarta, 1984).
Ahmad Asnawi, Penafsiran Syekh Muhammad nawawi tentang Ayat-ayat Qadar. (Disertasi Doktor IAIN Jakarta, 1987).
Hazbini, Kitab Ilmu Tafsir Karya Syeikh Muhammad Nawawi, (Tesis Magister IAIN Jakarta, 1996).
MA Tihami, Pemikiran Fiqh al-Syeikh Muhammad Nawawi al-Bantani, (Disertasi Doktor IAIN Jakarta, 1998).
Sri Mulyati, Sufism in Indonesia: Analysisof Nawawi al-Bantani’s Salalim al-Fudhala, (Tesis Mgister McGill University, Kanada, 1992).
Muslim Ibrahim Abdur Rauf, Al-Syeikh Muhammad Nawawi al-Jawi: Hayatuhu wa Atsaruhu fi al-Fiqh al-Islami. (Tesis Magister, Al-Azhar University, Kairo, 1979).
Al-Bantani menunjukkan bahwa ia berasal dari Banten, sedangkan sebutan al-Jawi mengindikasikan musalnya yang Jawah, sebutan untuk para pendatang Nusantara karena nama Indonesia kala itu belum dikenal. Kalangan pesantren sekarang menyebut ulama yang juga digelari asy-Syaikh al-Fakih itu sebagai Nawawi Banten.
Muhammad Nawawi lahir pada 1230 H (1815 M) di Tanara, sekitar 25 km arah utara Kota Serang. Ayahnya, Umar ibnu Arabi, adalah penghulu setempat. Ia sendiri yang mengajar putra-putranya (Nawawi, Tamim, dan Ahmad) pengetahuan dasar bahasa Arab, Fikih, dan Tafsir.
Kemudian mereka melanjutkan pelajaran ke Kiai Sahal, masih di Banten, dan setelah itu mesantren ke Purwakarta, Jawa Barat, kepada Kiai Yusuf yang banyak santrinya dari seluruh Jawa. Masih remaja ketika mereka menunaikan ibadah haji, Nawawi baru berusia 15 tahun, dan tinggal selama tiga tahun di mekah. Tapi, kehidupan intelektual Kota Suci itu rupanya mengiang-ngiang dalam diri si sulung, sehingga tidak lama setelah tiba di Banten ia mohon dikembalikan lagi ke Mekah. Dan di sanalah ia tinggal sampai akhir hayatnya. Ia wafat pada 25 Syawwal 1314 H/1897 M. Kabar lain menyebutkan kembalinya ke Tanah Suci, setelah setahun di Tanara meneruskan pengajaran ayahnya, disebabkan situasi politik yang tidak menguntungkan. Agaknya keduanya benar.
Di Mekah, selama 30 tahun Nawawi belajar pada ulama-ulama terkenal seperti Syekh Abdul Gani Bima, Syekh Yusuf Sumbulaweni, Syekh Nahrawi, dan Abdul Hamid Daghestani, selain pada Khatib Sambas, pemimpin tarekat Qadiriah, penulis kitab Fathul Arifin, bacaan pengamal tarekat di Asia Tenggara. Samba juga merupakan guru tokoh di balik pemberontakan petani Banten (1888), KH Abdul Karim alias Kiai Agung, yang menjelang ajal sang guru dipanggil kembali ke Mekah untuk menggantikan kedudukannya.
Dalam penggambaran Snouck Hurgronje, Syekh Nawawi adalah orang yang rendah hati. Dia memang menerima cium tangan dari hampir semua orang di Mekah, khususnyan orang Jawa, tapi itu hanya sebagai penghormatan kepada ilmu. Kalau ada orang yang meminta nasihatnya di bidang fikih, dia tidak pernah menolaknya.
Snouck Hurgronje pernah menanyakan, mengapa dia tidak mengajar di Masjid al-Haram, Syekh Nawawi menjawab bahwa pakaiannya yang jelek dan kepribadiannya yang tidak cocok dengan kemulian seorang profesor berbangsa Arab. Sesudah itu Snouck mengatakan bahwa banyak orang yang tidak berpengetahuan tidak sedalam dia, toh mengajar di sana juga. Nawawi menjawab, “Kalau mereka diizinkan mengajar di sana, pastilah mereka cukup berjasa untuk itu”.(Lihat, Steenbrink, Beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia, h. 117-122)
Pada tahun 1860-1970, Nawawi mulai aktif memberi pengajaran. Tapi itu dijalaninya hanya pada waktu-waktu senggang, sebab antara tahun-tahun tersebut ia sudah sibuk menulis buku-buku. Di antara murid-muridnya yang berasal dari Indonesia adalah:
KH Hasyim Asy’ari, Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Kelak bersama KH Wahab Hasbullah mendirikan Nahdlatul Ulama (NU).
KH Khalil, Bangkalan, Madura, Jawa Timur.
KH Mahfudh at-Tarmisi, Tremas, Jawa Timur.
KH Asy’ari, Bawean, yang kemudian diambil mantu oleh Syekh Nawawi dinikahkan dengan putrinya, Nyi Maryam.
KH Nahjun, Kampung Gunung, Mauk, Tangerang, yang dijadikan mantunya (cucu).
KH Asnawi, Caringin, Labuan (kelak memimpin Sarekat islam di Banten).
KH Ilyas, Kragilan, Serang.
KH Abdul Ghaffar, Tirtayasa, Serang.
KH Tubagus Bakri, Sempur, Purwakarta.
KH Mas Muhammad Arsyad Thawil, Tanara, Serang, yang kemudian dibuang Belanda ke Manado, Sulawesi Utara, karena peristiwa Geger Cilegon.
Mata pelajaran yang diajarkan Nawawi meliputi Fikih, Ilmu Kalam, Tasawuf/Akhlak, Tafsir, dan Bahasa Arab.
Karya-karyanya
Setelah tahun 1870 Nawawi memusatkan kegiatannya hanya untuk mengarang. Dan boleh dikata, Nawawi adalah penulis yang subur, kurang lebih dari 80 kitab yang dikarangnya. Tulisan-tulisannya meliputi karya pendek, berupa berbagai pedoman ibadah praktis, sampai tafsir al-Qur’an – sebagian besarnya merupakan syarah kitab-kitab para pengarang besar terdahulu.
Berikut contoh beberapa karya Nawawi, mulai dari fikih, tafsir, sampai bahasa Arab, yang kita kutip dari H Rafiuddin (Sejarah Hidup dan Silsilah al-Syeikh Kyai Muhammad Nawawi Tanari, 1399 H):
Sulam al-Munajah, syarah atas kitab Safinah ash-Shalah, karya Abdullah ibn Umar al-Hadrami.
Al-Tsimar al-Yaniat fi riyadl al-Badi’ah, syarah atas kitab Al-Riyadl al-Badi’ah fi Ushul ad-Din wa Ba’dhu furu’usy Sar’iyyah ’ala Imam asy-Syafi’i karya Syekh Muhammad Hasballah ibn Sulaiman.
Uqud al-Lujain fi Bayani Huquq al-Jawazain, kitab fikih mengenai hak dan kewajiban suami-istri
Nihayatuz Zain fi Irsyad al-Mubtadiin, syarah atas kitab Qurratul ’aini bi muhimmati ad-din, karya Zainuddin Abdul Aziz al-Maliburi.
Bahjat al-Wasil bi Syarhil Masil, syarah atas kitab Ar-Rasail al-Jami’ah Baina Ushul ad-Din wal-Fiqh wat-Tasawuf, karya Sayid Ahmad ibn Zein al-Habsyi.
Qut al-Habib al-Ghaib, Hasyiyah atas syarah Fathul Gharib al-Mujib karya Muhammad ibn Qasyim al-Syafi’i.
Asy-Syu’ba al-Imaniyyat, ringkasan atas dua kitab yaitu Niqayyah karya al-Sayuthi dan al-Futuhat al-Makiyyah karya Syekh Muhammad ibn Ali.
Marraqiyyul ’Ubudiyyat, syarah atas kitab Bidayatul Hidayah karya Abu hamid ibn Muhammad al-Ghazali .
Tanqih al-Qaul al-Hadits, syarah atas kitab Lubab al-Hadits karya al-Hafidz Jalaluddin Abdul Rahim ibn Abu Bakar as-Sayuthi.
Murah Labib li Kasyfi Ma’na al-Qur’an al-Majid, juga dikenal sebagai Tafsir Munir.
Qami’al Thughyan, syarah atas Syu’ub al Iman, karya Syekh Zaenuddin ibn Ali ibn Muhammad al-Malibari.
Salalim al-Fudlala, ringkasan/risalah terhadap kitab Hidayatul Azkiya ila Thariqil Awliya, karya Zeinuddin ibn Ali al-Ma’bari al-Malibari.
Nasaih al-Ibad, syarah atas kitab Masa’il Abi Laits, karya Imam Abi Laits.
Minqat asy-Syu’ud at-Tasdiq, syarah dari Sulam at-Taufiq karya Syeikh Abdullah ibn Husain ibn Halim ibn Muhammad ibn Hasyim Ba’lawi.
Kasyifatus Saja, syarah atas kitab Syafinah an-Najah, karya Syekh Salim ibn Sumair al-Hadrami.
Dalam pada itu, YA Sarkis menyebut 38 karya Nawawi yang penting, yang sebagiannya diterbitkan di Mesir. Misalnya Murah Labib, yang juga dikenal sebagai Tafsir Munir.
Berikut beberapa contoh karya Nawawi yang penting yang terbit di Mesir (Dhofier, 86):
Syarah al-Jurumiyah, isinya tentang tata bahasa Arab, terbit tahun 1881.
Lubab al-Bayan (1884).
Dhariyat al-Yaqin, isinya tentang doktrin-doktrin Islam, dan merupakan komentar atas karya Syekh sanusi, terbit tahun 1886.
Fathul Mujib. Buku ini merupakan komentar atas karya ad-Durr al-Farid, karya Syekh Nahrawi (guru Nawawi) terbit tahun 1881.
Dua jilid komentar tentang syair maulid karya al-Barzanji. Karya ini sangat penting sebab selalu dibacakan dalam perayaan-perayaan maulid.
Syarah Isra’ Mi’raj, juga karangan al-Barzanji.
Syarah tentang syair Asmaul Husna.
Syarah Manasik Haji karangan Syarbini terbit tahun 1880.
Syarah Suluk al-Jiddah (1883)
Syarah Sullam al-Munajah (1884) yang membahas berbagai persoalan ibadah.
Tafsir Murah Labib.
Syekh Nawawi menjadi terkenal dan dihormati karena keahliannya menerangkan kata-kata dan kalimat-kalimat Arab yang artinya tidak jelas atau sulit dimengerti yang tertulis dalam syair terkenal yang bernafaskan keagamaan. Kemasyhuran Nawawi terkenal di hampir seluruh dunia Arab. Karya-karyanya banyak beredar terutama di negara-negara yang menganut faham Syafi’iyah. Di Kairo, Mesir, ia sangat terkenal. Tafsirnya Murah Labib yang terbit di sana diakui mutunya dan memuat persoalan-persoalan penting sebagai hasil diskusi dan perdebatannya dengan ulama al-Azhar.
Di Indonesia khususnya di kalangan pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan Islam, serta peminat kajian Islam Syekh Nawawi tentu saja sangat terkenal. Sebagian kitabnya secara luas dipelajari di pesantren-pesantren Jawa, selain di lembaga-lembaga tradisional di Timur tengah, dan berbagai pemikirannya menjadi kajian para sarjana, baik yang dituangkan dalam skripsi, tesis, disertasi, atau paper-paper ilmiah, di dalam maupun luar negeri.
Beberapa karya ilmiah tentang Syekh Nawawi yang ditulis sarjana kita antara lain:
Ahmad Asnawi, Pemikiran Syekh Nawawi al-Bantani tentang Af’al al-’Ibad (Perbuatan Manusia), (Tesis Magister IAIN Jakarta, 1984).
Ahmad Asnawi, Penafsiran Syekh Muhammad nawawi tentang Ayat-ayat Qadar. (Disertasi Doktor IAIN Jakarta, 1987).
Hazbini, Kitab Ilmu Tafsir Karya Syeikh Muhammad Nawawi, (Tesis Magister IAIN Jakarta, 1996).
MA Tihami, Pemikiran Fiqh al-Syeikh Muhammad Nawawi al-Bantani, (Disertasi Doktor IAIN Jakarta, 1998).
Sri Mulyati, Sufism in Indonesia: Analysisof Nawawi al-Bantani’s Salalim al-Fudhala, (Tesis Mgister McGill University, Kanada, 1992).
Muslim Ibrahim Abdur Rauf, Al-Syeikh Muhammad Nawawi al-Jawi: Hayatuhu wa Atsaruhu fi al-Fiqh al-Islami. (Tesis Magister, Al-Azhar University, Kairo, 1979).
Al'Mukhtar (malam minggu)

Disini kami duduk bersila
membentuk lingkaran sakral
pengabdian dan pengharapan
bersama para malaikat, Ruh,
dan para kekasih pilihan-Mu...
disini kami bersatu,
menata hati, membuka cakra
mengolah hawa murni menjadi rasa...
lantunan Asma-Mu dan Sholawat atas junjunan ku
semoga menjadi Shahadat penyaksian kami
menetes menjadi embun sejukkan hati
dan tulang sum" kami
perlahan-lahan Doa menguap dari ubun" kami
serupa benang sutra halus
menjulur hingga ke langit...hingga ke langit....
Tuhanku...inilah kami...
Ilusi

Dunia adalah sesuatu yang berada dalam aturan ada dan tiada. Dunia selalu berputar dalam siklus ada dan tiada.
Saat ada, dunia seakan berdaya – penuh dengan energi. Saat tiada hilanglah daya kekuatannya. Saat memegang sebuah jabatan, seakan demikian powerfull. Saat jabatan itu dicopot hilanglah daya energinya.
Bahkan, saat masih ada pun dunia bisa kehilangan energinya. Di kota ramai yang makmur uang, emas dan permata sedemikian berharga. Uang emas dan permata lebih mahal dari sepotong roti dan seteguk air. Namun, apa yang terjadi di padang pasir yang tandus ? Manakah yang lebih berharga uang, emas dan permata ataukah sepotong roti dan seteguk air ?
Dunia bukan pemilik energi yang sebenarnya. Energi yang ditampakkan dunia adalah energi semu. Energi dunia hanya ilusi.
Ilusi adalah sesuatu yang nampaknya nyata ada namun sebenarnya tidak ada. Ketika ada seakan mempunyai kekuatan. Namun, ketika tiada nampak jelas tidak adanya kekuatan yang dia miliki. Yang nampak ada sebenarnya hanyalah fatamorgana.
Kita melihat bulan terang. Seakan bulan itu memiliki dan memancarkan cahaya. Ia seakan mempunyai kekuatan untuk membuat bahagia penghuni dunia. Namun, bila orang memahami yang sebenarnya, bulan tidaklah bercahaya. Ia hanya memantulkan cahaya matahari. Tanpa matahari bulan kehilangan terangnya. Bahkan, ketika matahari telah tampak hilanglah kekuatan terangnya bulan.
Bangunlah energi sejati. Gantilah energi yang semu. Buanglah energi yang palsu. Janganlah terpesona oleh sekedar ilusi. Janganlah mengejar fatamorgana.
Senin, 25 Januari 2010
PENYAKIT PSIKOSOMATIK

Psikosomatik adalah gangguaan fisik yang disebabkan oleh faktor-faktor kejiwaan dan sosial. Seseorang jika emosinya menumpuk dan memuncak maka hal itu dapat menyebabkan terjadinya goncangan dan kekacauan dalam dirinya. Jika faktor-faktor yang menyebabkan memuncaknya emosi itu secara berkepanjangan tidak dapat dijauhkan, maka ia dipaksa untuk selalu berjuang menekan perasaannya. Perasaaan tertekan, cemas, kesepian dan kebosanan yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kesehatan fisiknya. Jadi Psikosomatik dapat disebut sebagai penyakit gabungan, fisik dan mental, yang dalam bahasa Arab disebut nafsajasadiyyah atau nafsabiolojiyyah. Yang sakit sebenarnya jiwanya, tetapi menjelma dalam bentuk sakit fisik.
Sindroma psikosomatik mempunyai gejala fisik berupa; (1) penyakit salah satu sistem tubuh yang paling rentan bagi pasien, misalnya; asma (sistem respiratorius), neurodermatitis (sistem integumentum), ulkus peptikum (sistem digestivus), artritis rematik (sistem muskuloskeletal), PJK dan aritmia (sistem kardiovaskuler), dan migrain (sistem neurologik). Pada sindroma psikosomatik ini dijumpai pula (2) patologi organ (+) dan (3) mekanisme patofisiologik (+).
Gejala psikis berupa (1) munculnya gejala sistem tersebut berkaitan dengan waktu dan stimulus lingkungan yang secara psikologis bermakna bagi pasien dan (2) faktor psikologis tersebut bukan merupakan gangguan mental yang spesifik.
PENANGANAN PSIKOSOMATIS
Masuk ke Alam Bawah Sadar, Atasi Masalah Psikosomatik
HIPNOSIS dan hipnoterapi dari hari ke hari kian banyak “penggemarnya”. Bahkan, tak hanya orang dewasa yang menjalani terapi tersebut untuk membantu penyembuhan berbagai penyakit, tetapi juga anak-anak yang mempunyai kesulitan belajar di sekolahnya. Hipnoterapi memang merupakan salah satu cara yang sangat mudah, cepat, efektif, dan efisien dalam menjangkau pikiran bawah sadar, melakukan reedukasi, dan menyembuhkan pikiran yang sakit.
Menurut APA (American Psychological Association), Dictionary of Psychology, edisi 2007, bukti-bukti ilmiah menunjukkan hipnoterapi dapat bermanfaat mengatasi hipertensi, asma, insomnia, manajemen rasa nyeri akut maupun kronis, anorexia, nervosa, makan berlebih, merokok, dan gangguan kepribadian. Hasil guna sebagai "terapi pendukung" dalam beberapa penyakit juga telah terbukti.
"Dengan mengistirahatkan pikiran sadar (conscious mind) melalui hipnosis, seseorang dapat diberikan memori, saran, atau sugesti yang dapat memprogram ulang pikiran bawah sadarnya untuk berbagai tujuan positif," kata Ferdiansyah Setiadi Setiawan, S.I.P., CI, CHt, CH, instruktur hipnoterpi, hipnoterapi, Ketua IBH (The Indonesian Board of Hypnotherapy) Chapter Bandung.
Benarkah seseorang yang berada dalam pengaruh hipnosis dapat melakukan apa saja sesuai kemauan sang penghipnosis? Jawabannya, tidak. "Seseorang hanya bisa dihipnosis apabila mereka tidak menolak. Sebaliknya, mereka yang menolak untuk dihipnosis apalagi di-”program” untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan moral, nilai, maupun sistem kepercayaannya tidak akan bisa dihipnosis
Gangguan psikosomatik, tanggulangi dengan ibadah dan kekebalan stress.
Penyembuhan seseorang akibat gangguan psikosomatik ini tidak hanya berupa obat-obatan yang disesuaikan dengan gejala yang timbul tapi juga dengan menganjurkan pola hidup yang baik, olah raga, menyalurkan hobi, dan yang juga sangat penting adalah meningkatkan ibadah. Dengan peningkatan motivasi beribadah dan sikap beribadah, maka pasien akan memperkuat mental dan psikisnya , dan mendapat ketenangan.
Ibadah adalah amalan yang diniatkan untuk berbakti kepada Allah SWT, dengan menjauhi laranganNya dan melaksanakan perintahNya, yang pelaksanaanya diatur, secara syariah. Jadi perilaku Ibadah adalah sikap seseorang untuk berbakti kepada Allah untuk mencapai tujuan hidupnya, yaitu mendapat ridho Allah..
Bagaimana kita menanggulangi stress agar terhindar dari psikosomatik , adalah dengan beribadah yang iklash. Allah berfirman dalam Al-Quran ” Katakanlah ,’Sesungguhnya Shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam ” (al-An’amm:162). QS Az-zumar 39:2 : Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.
Menurut Dadang Hawari, istilah stress dan depresi sering kali tidak dapat dipisahkan, setiap permasalahan kehidupan yang menimpa seseorang (disebut stresor psikososial) dapat menyebabkan gangguan fungsi/faal organ tubuh. Reaksi tubuh (fisik) ini disebut stress, dan manakala fungsi organ-organ tubuh tersebut sampai terganggu dinamakan distress. karena stress tidak dapat dihindari yang penting bagaimana manusia itu dapat menyikapi hidupnya tampa harus mengalami distress.
Dasar-dasar psikopatofisiologi , gangguan psikis/konflik emosi yang menimbulkan gangguan psikosomatik ternyata juga diikuti dengan perubahan fisiologis dan biokemis pada tubuh seseorang, dan perubahan fisiologi ini berkaitan erat dengan adanya gangguan sistem syaraf outonom vegetatif, sistem endokrin dan sistem imun
Motivasi adalah kecenderungan yang timbul pada seseorang untuk melakukan sesuatu aksi atau tindakan dengan tujuan tertentu yang dikehendakinya. Dengan motivasi, kita akan mengukur prilaku orang tersebut , bagaimana ia memberi perhatian, mengetahui relevansi antara motivasi dan kebutuhannya, kepercayaan dirinya dan hasil yang dirasakannya setelah ia melaksanakan motivasi, yang kemudian oleh peneliti di nilai sikap dan prilakunya .
Motivasi dan sikap beribadah yang iklash dapat dijadikan alternatif sebagai psikoterapi suportif yang dapat mestabilkan hormon stress yang biasanya terpicu dalam jumlah banyak ketika stresor yang datang bertubi-tubi dan menyebabkan gejala-gejala psikosomatik. Sebelum gejala tersebut berkepanjangan, pasien di motivasi untuk mempertinggi ibadahnya sehingga selain diberikan pengobatan somatoterapi, maupun manipulasi lingkungan juga kita memberi beberapa tuntunan Ibadah seperti menjalankan solat 5 waktu tepat waktu, solat tahajud pada sepertiga malam terakhir, puasa sunah , zikir dan sodaqah. Nasehat secara verbal dapat memberi support kepada pasien agar dapat menjalankan hidup ini lebih rileks dan
Dengan memberikan motivasi yang dapat menimbul motivasi intrinsik dari diri sendiri iklash menjalankan ibadah seperti yang diperintahkan dalam rukun Islam seperti Shallat, puasa, zikir, zakat dan shodaqah, haji dengan iklash diharapkan hati ini dapat menjadi lebih tenang, ketenangan akan menanggulangi stress dan pencegahan terhadap psikosomatik.
Dalam beribadah kita memerlukan motivasi untuk menggerakkan sikap, tanpa ada motivasi yang didasari keiklasan, apalagi semata-mata hanya menjalankan kewajiban, maka ibadah tersebut menjadi kering tampa makna. Bila kita membaca Quran tampa mengerti artinya , nasehat Allah kepada kita tidak akan masuk dalam dalam hati maupun jiwa kita.Bila tidak tertanam dalam jiwa, bagaimana mengamalkannya? Dalam Surah Fushilat :44 Allah berfirman”Qul huwa lil ladziina aamanuu hudaw wa syifaa ” yang artinya ” katakanlah :”Al-quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman”(QS, 41;44)
Dengan memberikan motivasi yang dapat menimbul motivasi intrinsik dari diri sendiri iklash menjalankan ibadah seperti yang diperintahkan dalam rukun Islam seperti Shallat, puasa, zikir, zakat dan shodaqah, haji dengan iklash diharapkan hati ini dapat menjadi lebih tenang, ketenangan akan menanggulangi stress dan pencegahan terhadap psikosomatik.
Rabu, 20 Januari 2010
RIYADOH BATINIYYAH

BAGIAN PERTAMA
Makna Dzikir Do’a dan Tawasul
A. Dzikir
dzikir adalah bentuk masdar dari lapadz dzakara yadzkuru dzikran yanga artinya menyebut atau mengingat. Secara substansi makna dzikir adalah mengingat atau menyebut nama Allah Swt dalam rangka ibadah kepada-Nya. Aktivitas dzikir dapat dilakukan dengan lisan dengan pengucapan, maupun badan dalam bentuk perbuatan-perbuatan yang diperintah oleh Allah Swt, seperti shalat melalui gerakannya, zakat, haji dan ahlakul karimah, serta menjauhi semua pebuatan yang di larang-nya. Seperti perbuatan zinah, meminum-minuman keras, judi dan perbuatan-perbuatan yang melanggar batasan Alllah swt, yang intinya menjaga diri untuk untuk ingat kepada Allah swt, serta tidak lalai sedikitpun untuk mengingatnya. Aktifitas dzikir yang di lakukan melalui ucapan dapat di ungkapkan melalui banyak membaca kalimat-kalimat toyyibah seperti bacaan Al-Qur’an, Doa, Tasbih, tahmid, Takbir, Tahlil dsb.
Aktifitas dzikir dengan pengucapan dapat kita rujuk dalam Al-Qur’an (24:36) yang memvisualisasikan bentuk dzikir dengan pelapalan dimana Allah Swt memerintahkan untuk bertasbih di masjid-masjid kepada seorang laki-laki yang tidak di lalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah, dan dari mendirikan shalat juga dari membayar zakat, dan dia merasa takut kepada suatu hari yang pada hari itu hati dan penglihatan menjadi goncang. Alloh Swt berfirman :
في بيوت أذن الله ان ترفع ويذكر فيها اسمه. يسبح له فيها بالغدو والاصال
Artinya : “Bertasbihlah, kepada Allah di masjid-masjid yang telah di perintahkan untuk di mulyakan dan di sebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang.”
Sedangkan aktifitas dzikir yang direalisasikan lewat perbuatan dapat kita rujuk dalam al-Qur’an surat 24:1,37; 29:45; 38:46; yang menggambarkan perintah Allah Swt untuk melakukan hukum syari’at dengan amal perbuatan untuk menjaga kualitas dzikir dan tidak lalai sedikitpun kepada Allah Swt.
Dimasyarakat kita yang notabene mesyarakat religius bekembang komunitas-komunitas dzikir dengan berbagai macam istilah nama, diantaranya istigotsah, manakib, rhatib, aurad, khataman, shalawat, marhaba, dan lain sebagainya yang kesemuanya merupakan aktifitas dzikir yang biasa dilakukan oleh sebagian masyarakat dengan cara pengucapan sebagai media dalam mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Dzikr tidak hanya dilakuakan oleh manusia sebagai mahluk yang sempurna, yang diciptakan oleh Allah Swt, seluruh mahluknyapun semua berdzikir kepadanya baik yang tercipta di langit maupun yang di bumi dengan cara yang bebeda dan mereka mengetahui cara sembahyang dan tasbihnya. Dalam al-Qur’an (24:41) Allah Swt berfirman :
ألم ترى ان الله يسبح له من في السموات والأرض والطير صفت. كل قد
علم صلاته وتسبيحه. والله عليم بما يفعلون
Artinya : Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah Swt: kepadanya bertasbih apa yang dilangit dan di bumi dan (juga) burung yang mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Fungsi dan keutamaan Dzikir
Dikir adalah menyebut atau mengingat Alah Swt sebagai amalan ibadah baik dalam posisi berdiri, duduk, atau berbaring, atau dalam semua aktifitas lainya dengan niat mendekatkan diri kepada Allah Swt. Oleh karenanya orang yang senantiasa menjaga amalan dzikirnya akan selalu terjaga dari perbuaan fahisah dan munkarat dan dengan sendirinya akan tercermin sikap ihsan, merasa diri dilihat dan diawasi oleh Allah Swt sehingga tidak akan berani untuk melanggar perintahnuya. Orang yang bersikap ihsan memandang bahwa dalam semua aktifitas hidupnya merasa dilihat dan di awasi oleh Allah Swt, atau setidaknya sekalipun tidak mampu dalam dirinya untuk merasa kehadiran Allah Swt maka ia akan selalu mempuyai anggapan bahwa Allah Swt senantiasa mengawasi dalam setiag gerak langkah seta hembusan nafasna. KH. M Qurais Shihab dalam kitab tafsirnya, Al-Misbah menafsirkan makna ihsan yang terambil dari lapadz muhsinin dalm surat al-Maidah ayat 85 dengan mengatakan “ihsan lebih tinggi dan dalam kandungan maknanya di bandingkan dengan adil, karena ihsan memperlakukan orang lain lebih baik dari perlakuannya terhadap anda. Adil adalah mengambil semua hak anda dan atau memberi semua hak orang lain, sedang ihsan adalah meberi lebih banyak dari pada yang harus di terimanya dan mengambil darinya lebih sedikit dari yang seharusnya diambil.
Dzikir tidak di batasi kepada waktu tertentu, namun lebih utamn ketika duduk setelah melaksanakan shalat (QS 4:103), tidak terbatas pada tempat namun diutamakan di masjid (QS 24:36) dan ketika duduk di tengah majelis. Imam Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin Jil. 1 hal. 297 mengutip sebuah hadits Rasul :
Artinya : “Tidaklah duduk suatu kaum dalam sebuah majelis sambil mengingat Allah melainkan mereka di kelilingi malaikat dan diliputi rahmat serta Allah meneyebut mereka diantara malaikat disisinya”.
Dzikr tidak dibatasi pada banyaknya jumlah, karena Allah Swt. Berfirman “berdzikrlah kamu kepada Allah, dengan dzikir yang sebanyak-sebanyak”. Adapun dengan metode hitungan atau ukuran tertentu berfungsi untuk menentukan perpindahan dari bacaan kalimat dzikir satu kepada kalimat yang lain, serta sebagai metode latihan untuk mendisiplinkan diri. Syekh Khaery mengatakan : “ukuran-ukuran itu sebuah metode, ibarat sekolah terdapat kelas-kelas, tahapan-tahapan, jenjang-jenjang yang harus dilalui”. Begitu pula dengan dzikir yang menggunakan metode hitungan dengan jumlah tertentu, merupakan sarana latihan dalam mendisiplinkan diri, ketika lulus dan mampu kita tidak membutuhkan lagi ukuran-ukuran itu dan dzikir dapat dilangsungkan kapan dan dimana saja.
B. Do’a
Ditinjau dari segi bahasa lapadz doa terambil dari akar kata da’a, yad’u dua’an’’ yang artinya memanggil atau memohon. Syekh Ibnu Ajzurum yang mempunyai nama lengkap Syekh Abi Abdillah Muhammad bin Muhammad As-Sanhaji mengartikan lapadz do’a dengan ’’thalabu al-fi’li minal adna ila al-‘ala’’ yang artinya meraih atau meminta sesuatu dari tingkatan yang lebih rendah kepada tingkatan yang lebih tinggi, seperti permintaan karyawan kepada pimpinan perusahaannya, permintaan anak kepada orang tuanya, atau bahkan permintaan makhluk kepada Tuhannya. Sedangkan lawan kata dari do’a adalah amar. Syekh Ibnu Ajzurum mendefinisikan amar kebalikan dari defenisi do’a yaitu dengan mendefinisikan “thalabu a-l fi’ili minal ‘ala ila al-adna’’ yang artinya meraih atau meminta dari tingkatan derajat yang lebih tinggi kepada tingkatan yang lebih rendah. Amar lebih identik dengan perintah atau suruhan
Namun pada perkembangannya makna do’a lebih mengarah kepada aktifitas ritual keagamaan sebagai sarana interaksi seseorang untuk meminta penyelesaian dari permasalahan-permasalahan kehidupan yang dihadapinya atau meminta kesejahteraan dari sesuatu yang diyakini dapat memenuhi kebutuhannya. Umat islam meyakini bahwasanya Dzat yang dapat memenuhi kebutuhannya adalah Allah Swt sebagai Rab Semesta Alam. Al-qur’an dalam surat al-Rad ayat 14 menjelaskan bahwasanya hanya Allah dengan Keindahan dan Keluhungan nama-Nya al-Muzib yang berhak memperkenankan do’a dari seorang hamba-Nya. Sedangkan do’a yang dipanjatkan kepada selain Allah tidak seorangpun yang dapat memperkenankannya dan tidak akan memberikan dampak kemanfaatan atau kemadharatan sekalipun.
له دعوة الحق. والذين يدعون من دونه لا يستجيبون لهم بشيء الا كباسط كفيه
الى الماء ليبلغ فاه وما هو ببالغه. وما دعاء الكفرين الا فى ضلل.
Artinya: ”hanya bagi Allahlah (hak mengabulkan doa yang benar). Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya kedalam air itu tidak dapat sampai kemulutnya. Dan doa (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka”.
Fungsi dan Manfaat Do’a
Do’a adalah otaknya dalam ibadah, dengan do’a seseorang akan ma’rifat terhadap dirinya sekaligus kepada rabnya dan ia akan merasa lemah di hadapan Allah dan akan selalu membutuhkan eksistensi Allah terhadap dirinya. Oleh karenanya, seorang muslim menganggap do’a adalah senjatanya dan ia akan senantiasa mengadukan setiap permasalahan kepada rabnya untuk dimintai jalan keluarnya.
Syekh Ibnu Qoyim memberikan stigma dengan puncak kedunguan bagi orang yang mengadukan setiap permasalahannya kepada sesama manusia dan tidak mau mengadukan permasalahannya kepada Rabnya dengan interaksi langsung lewat mediasi do’a. Lebih lanjut beliau mengutip perkataan seorang Salafus salihin dengan mengatakan “Engkau tidak lebih selain mengadukan kepada Dzat yang menyayangimu kepada yang tidak menyayangimu”. Ketika menegur seseorang yang di timpa kesulitan dan musibah kemudian, mengadukan masalahnya pada orang lain. Syekh Ibnu Qoyyim (W 751 H) Murid utama dari Syekh Al-Islam Ibnu Taymiah membagi pengaduan ke dalam Tiga bagian, yaitu pengaduan yang lebih buruk, pertengahan, dan yang paling baik.
1. Pengaduan yang lebih buruk yaitu mengadukan Allah kepada makhluk-Nya
2. Pertengahan, yaitu mengadukan makhluk kepada Allah
3. Yang paling baik, yaitu mengadukan dirinya kepada Rabb-nya
Etika Berdo’a
Sebagaimana telah di singgung di atas, do’a adalah media komunikasi yang dilakukan oleh seorang hamba yang derajatnya lebih rendah kepada Allah Swt yang bersih dari sifat lemah sebagai Tuhan yang dapat memperkenankan do’a seorang hamba yang di panjatkan kepada-Nya. Sedangkan dalam berkomunikasi kepada Tuhan terdapat etika yang harus dipenuhi, agar do’a yang dipanjatkanya dapat di perkenankan oleh Allah Swt sebagaimana halnya etika-etika yang diterapkan oleh manusia. Allah Swt menerapkan etika-etika dalam berkomunikasi atau bedo’a kepadanya antara lain dalam surat al-‘Araf (7:55;56), agar semua hambanya dalam berinteraksi terhadap-Nya harus melakukan aturan main yang di kehendakinya, sebagaimanan di uraikan dalam firmannya :
ادعوا ربكم تضرعا وخفية. انه لا يحب المعتدين. وهو الذى يرسل الريح بشرا
بين يدى رحمته. حتى اذا أقلت سحابا ثقالا سقنه لبلد ميت فأنزلنا به الماء
فأخرجنا به من كل الثمرات. كذلك نخرج الموتى لعلكم تذكرون.
Artinya : “Berdo’alah kepada Tuhan-mu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungghuhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah membperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan di terima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahamat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
Dengan mengutif ayat diatas, ada beberapa etika yang di syaratkan oleh Allah Swt dalam berdo’a atau berinteraksi kepadanya, diantaranya :
1. tadharu’ (berendah diri kepada-Nya),
2. khufyah (suara yang lembut),
3. khauf (rasa takut) tidak akan diperkenankan
4. thama’ (harapan) akan di perkenankan
Dalam kesempatan lain, Allah Swt, menetapkan tambahan syarat-syarat antara lain, agar do’a yang di panjatkanya tidak di tujukan untuk keburukan dan kejahatan. Maksudnya adalah meminta keburukan, kebinasaan, kehancuran dan laknat yang di tujukan kepadanya, sebagaimana Allah berfirman dalam surat al-isra (17:11) :
ويدع الانسان بالشر دعاءه بالخير. وكان الانسان عجولا.
Artinya : “Dan manusia mendo’a untuk kejahatan sebagaimana ia mendo’a untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa”
Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah yang dikutif dari tafsir Ibnu Katsir menafsirkan ayat di atas melalui haditsnya :
Artinya : Janganlah kalian mendo’a untuk keburukan diri kalian, jangan pula untuk keburukan harta benda kalian, karena di khawatirkan do’a kalian akan bertepatan dengan sa’atul ijabah, lalu di perkenankan bagi kalian do’a itu.
Kemudian syarat lainnya adalah tawakal, berserah diri kepada Allah Swt. Dengan tidak mengabaikan sebab-sebab dari suatu kejadian. Mengabaikan sebab akibat akan menjatuhkan seseorang pada kemalasan untuk meraih apa yang diinginkannya. Bertawakal tidak dipahami secara pasif dengan menyerahkan sepenuhnya nasib kita kepada Allah Swt tanpa kita aktif untuk meraih rahmatnya. Bertawakal mengharuskan peran aktif kita untuk menyambut, atau meraih rahmat Allah, sebagaimana kita memahaminya dari pelajaran Rasul terhadap sahabatnya untuk mengikat untanya terlebih dahulu kemudia bertawakal. Syekh Khaeri mengatakan “orang yang menyadari sebab-akibat harus berusaha untuk mendapatkan hal yang diinginkannya, dan mengetahui bahwa semua usahanya tak lain hanyalah sebuah do’a yang aktif, harapan akan adanya pertolongan Allah Swt”. Dan itulah sejatinya dari makna tawakal.
Ancaman Bagi Yang Tidak Mau Berdo’a
Dengan do’a seseorang akan merasa lemah di hadapan Allah Swt dan lebih membutuhkan Eksistensi Allah terhadap dirinya. Seseorang yang tidak mau berdo’a kepada Allah Swt, telah menganggap dirinya kuat dan tidak membutuhkan eksistensi Allah Swt terhadap dirinya, yang secara tdak langsung telah tertanam dalam dirinya sifat sombong yang tidak ada haq bagi seorang pun untuk menyandang sifat tersebut kecuali hanya Allah Swt dengan keagungan nama-Nya Al-Kabir. Bukankah Setan di jatuhkan hukuman oleh Allah Swt pada tempat yang paling rendah dikarenakan sifat ketakaburannya. Oleh karenanya, Allah Swt mengecam seseorang yang bersifat sombong, yang enggan meminta kepada-Nya melalui sabda Rosul-Nya : “ Man lam yad’ullaha ghadhaba alaihi”, yang artinya : “Barang siapa yang tidak mau berdo’a kepda Alloh Swt, maka Alloh Swt akan murka kepada-Nya“. Apabila Allah murka kepada kita, bumi mana yang akan kita pijak? semuanya adalah milik Allah Swt dan Allah mempersilakan untuk mencari pijakannya selain bumi dan langit sebagai ciptaan-Nya. Dan mempersilakan pula untuk mencari Tuhan selain diri-Nya. Dalam Hadits Qudsi Allah berfirman : “fal yahruj bainas samawaati Wal Ard fal yatlub Rabban siwaya“ yang artinya : “Keluarlah dari langit dan bumi ini, kemudian carilah tuhan selain Aku “.
C. Tawasul
Lapadz Tawasul terambil dari akar kata wasala (hurup ‘ain fi’ilnya dengan hurup sin) yang mempunyai kemiripan arti dengan lapadz tawashul ‘ain fi’ilnya dengan hurup shad yang artinya menghubungkan. Kemudian terdapat tambahan hurup Ta di awal kalimat dan jenis ‘Ain Fi’il yang di idghomkan yang memberi makna muta’adi pekerjaan Fa’il membutuhkan Maf’ul (objek). Oleh karena nya, makna tawasul adalah sesuatu yang di tuju atau yang akan di raih namun tidak langsung kapada yang di tuju melainkan mengambil perantara melalui objek ataupun media yang dapat menghubungkannya kepada sesuatu yang akan kita tuju.
Dalam surat Al-Maidah, Kita dapat menemukan tawasul dengan lapadz Wasilah yang menginformasikan bahwa Allah Swt memerintahkan kepada orang yang beriman untuk bertaqwa kepada-Nya dan mencari wasilah ( perantara atau penghubung ) dalam meraih taqwa kepada-Nya. Allah Swt berfirman:
يا ايهاالذين أمنوااتقواالله وابتغوا اليه الوسلة وجاهدوا فى سبيله لعلكم تفلحون.
Artinya: “ Hai Orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS:5:35)
Begitupun dalam berdo’a banyak contoh, dalam al-Qur’an, sunah Rosul maupun Atsar sahabat yang menggambarkan aktifitas tawasul, diantaranya kisah Tsa’labh yang bertawasul kepada Rosul Saw untuk minta di do’akan kepada Allah Swt agar mendapatkan kesejahteraan. Dalam al-Qur’an sendiri banyak ayat-ayat yang berhubungan dengan makna tawasul, diantaranya (QS:9:99;40;50;4:64)
Media Untuk Di Jadikan Tawasul
Dalam surat Al-maidah ayat 35 Allah memerintahkan untuk bertawasul kepada kita dalam meraih takwa kepada-Nya. Sedangkan jenis dari tawasul itu sendiri yang terdapat dalam tuntunan ajaran kita (Al-Qur’an dan sunnah ) sangat banyak ragamnya, diantaranya:
1. Berinfak untuk kepentingan agama (QS:9:99,103)
2. Bertawasul dengan amal salih (kisah yang terdapat dalam hadis rasul yang menceritakan tentang para pemuda yang tertahan di sebuah goa, yang di sebabkan pintu goa tertutup oleh batu yang besar, sehingga mereka tidak dapat kembali keluar. Kemudian mereka kembali berdo’a kepada Allah melalui tawasul dengan amal salih yang telah mereka kerjakan. Para pemuda tersebut di perinahkan oleh pimpinan rombongannya untuk mengingat-ingat amal baik apa saja yang telah mereka kerjakan kemudian di jadikan suatu do’a kepada Allah agar melalui amal salihnya pintu goa dapat terbuka dan pada akhirnya do’a merekapun di terima oleh allah SWT ketika secara bergiliran menyebut amal salih yang telah di lakukunnya)
3. Mengikuti jejak langkah para salafu Al-Shalihin (QS:9:100)
4. Mendo’akan muslimin-muslmiat sebagai sebuah kebajikan, karena buah kebajikan akan di balas Allah dengan berlipat-lipat kebajikan.
5. Mendo’akan,atau bershalawat atas nabi, karena nabi telah menjanjikan sekali bacaan shalawat yang di sampaikan kepada beliau akan di balas olehnya dengan 10 kali.
BAGIAN KEDUA
Sekilas Riwayat Penulis Amalan Rhatibul Hadad
Aurad Rhatibul Hadad adalah sebagian amalan dari syekh Imam ‘Abdullah bin ‘Alwi ‘Alhadad yang biasa di amalkan setiap hari oleh beliau. Aurad ini merupakan sebagian dari amalan yang di susun dan di bukukan serta di tulis oleh salah satu murid utama pengarang aurad ini yaitu Al-Alamah Sufi dan Zahid ‘Umar bin Abdurrahman bin ‘Umar bin Muhammad bin ‘Ali Al-Bar. Aurad ini di susun dan di bukukan pada masa hidup pengarangnya yaitu Syekh Imam ‘Abdullah bin ‘Alwi Al-Haddad seorang dari guru besarnya, dan di selesaikan pada hari sabtu 12 Rajab tahun 1131 H. setelah di serahterimakan kepada gurunya (Syekh Imam ‘Abdullah bin ‘Alwi Al-Haddad) memberikan judul atas buku tersebut dengan judul Adz-Dzikir Al-Jami’wa al-Wird An-Nafi’ (Zikir Lengkap Dan Wirid Yang Bermanfaat)
Tulisan buku tersebut memuat amalan-amalan keseharian Syekh Imam ‘Abdullah bin ‘Alwi ‘Al-Haddad seorang tokoh pembaharu abad ke-17 M yang wafat pada permulaan jumad al-ula tahun 1310 H oleh muridnya syekh Imam ‘Umar bin ‘Abdurrahman bin ‘Umar bin Muhammad bin ‘Ali ‘Albar dengan menghadirkan sebuah kitab yang berisi petunjuk yang lurus, lengkap, bemanfaat dan merupakan obat yang mencakup semuanya yang di dalamnya termuat Aurad Rhatibul Hadad
Penulis kitab ini menempati kedudukan yang tinggi dalam bidang ilmu. Kebiasaanya adalah bermukim selama satu minggu di Qarin, satu minggu di Quraibah dan satu minggu beribadah di Syi’ib, sebuah desa kecil dekan Qarin. Disana beliau membangun sebuah masjid untuk beribadah dan mengajar pada setiap senin dan kamis, untuk mata pelajaran hadits, tasawwuf ,dan biografi Rasul. Pada hari-hari yang lain, beliau memberi pelajaran umu lainnya pada waktu antara dzuhur dan maghrib. Beliau melaksanakan haji dan berziarah ke Madinah pada 1143 H dan wafat di Khuraibah pada 30 Rabiul Awal 1158 H. semoga Allah merahmati dan melapangkannya.
BAGIAN KETIGA
Tuntunan Dzikir Bagi Jama’ah Keluarga Bintang Sembilan
Cabang Kota Bandung
A. Do’a Tawasul Yang Biasa di Baca Pada Permulaan Aurad Atau Pembacaan Ayat Suci Al-Qur’an.
B. Rhatibul Hadad
1. Al-Fatihah
2. Ayat Kursi (Al-Baqarah : 255)
3. Amanar Rosulu (Al-Baqarah : 285-286)
4. Laa Ilaaha Illalloohu Wahdahu Laa Syariikalah Lahul Mulku Wa Lahul Hamdu Yuhyi wa Yumiitu wa Huwa ‘Alaa Kulli Syaing Qodiir 3x
“Tiada tuhan selain Allah Yang Esa, tiada Sekutu bagi-Nya, Yang Memili Krajaan dan bagi-Nya Pujian, Yang Menghidupkan dan mematikan. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”.
5. Subhaanalloh, Walhamdulillah, Walaailaahaillallohu, Wallohu Akbar 3x
“Maha Suci Allah, dan Segala Puji bagi Allah, Tiada tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar”.
6 Subhaanalloh wa Bihamdihii, Subhanallohil ‘Adhim 3x
“Maha Suci Allah, Segala puji bagi-Nya, dan Maha Suci Allah Yang Maha Agung”.
7. Robbanagfirlanaa wa Tub ‘Alainaa Innaka Angtat Tawwaabur Rohiim 3x
“Ya Allah ampunilah kami, Terimalah tobat kami, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
8. Alloohumma Sholli ‘Alaa Muhammad, Alloohumma Sholli ‘Alaihi wa Sallim 3x
“Ya Allah limpahkanlah shalawat dan salam kepada Muhammad”.
9. A’uudzu Bikalimatillaahit Taammati Ming Syarri Maa Kholaq 3x
“Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan apa-apa yang di ciptakan-Nya.”.
10. Bismillaahil ladzi Laa Yadhurru Ma’asmihi Syaiung Filardli wa Laa Fis Samaa’i wa Huwas Samii’ul Aliim 3x
“Dengan nama Allah, yang dengan nama-Nya tiada yang dapat mendatangkan bahaya di bumi maupun dilangit, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
11. Rhodlitu Billaahi Robbaa wabil Islaami Diinaa wabi Muhammadin Nabiyyaa Wa Rosuulaa 3x
“Aku Rela Allah sebagai Tuhan kami, Islam sebagai agama kami, dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul kami”.
12. Bismillaahi wal Hamdulillaahi wal Khoiru was Syarru bi Masyiiatillah 3x
“Dengan nama Allah, Segala puji bagi Allah, segala kebajikan dan kejahatan dengan kehendaknya”.
13. Aamanna Billaahi wal Yaumil A’akhiri Tubnaa ilallloohi Dhoohirow wa Baathiinaa 3x
“Kami beriman kepada Allah dan Hari Akhir, dan kami bertobat kepada Allah lahir dan bathin”.
14. Yaa Robbanaa Wa’fu ‘Annaa Wamhulladzii Kaana Minnaa 3x
“Yaa Tuhan kami, maafkanlah kami, dan hapuskanlah apa-apa yang telah kami lakukan (dosa-dosa).
15. Yaa Dzal Jalaali wal Ikroom Amitnaa ‘Alaa Diinil Islaam 3x
“Wahai Yang Memiliki Kebesaran dan Kemuliaan, matikanlah kami dalam keadaan beragama islam”.
16. Yaa Qowiyyu Yaa Matiin, Ikfis Syarrod Dlolimiin 3x
“Wahai Yang Maha Kuat lagi Maha Kokoh, selamatkanlah kami dari kejahatan orang-orang yang dzalim.
17. Ashlahalloohu Umuurol Muslimiin, wa Shorrofalloohu Syarrol Mu’diin 3x
“(Ya Allah), perbaikilah semua urusan kaum Muslimin dan selamatkanlah dari kejahatan orang-orang yang suka mengganggiu”.
18. Yaa ‘Aliyyu Yaa Kabiir Yaa ‘Aliimu Yaa Qodiir Yaa Samii’u Yaa Bashiir Yaa Lathiifu Yaa Khobiir
“Wahai Yang Maha Tinggi, Maha Besar, Maha Mengetahui, Maha Kuasa, Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Lembut, dan Maha Mengamati.
20. Yaa Faarijal hammi Yaa Kaasyifal Ghommi Yaa Man Li’abdihii Yagfiru wa Yarham
“(Yaa Allah), Yang menghapuskan kesedihan, Yang menghilangkan kesusahan, Wahai Yang Mengampunidan Menyayangi Hamba-Nya”. 3x
21. Astagfirullooha Robbal Barooyaa Astagfirullooha Minal Khothooyaa 4x
“Aku mohon ampunan Allah, Tuhan Pencipta, Aku mohon ampunan Alloh dari kesalahan-kesalahanku”.
22. Laa Ilaaha Illallooh 50 x
“Tiada tuhan selain Allah”
23. Muhammadur Rosuululloohi SAW wa Syarrofa wa Karroma wa Majjada wa Rodliyaloohu ‘an Ahli Baitihil Muthohiriin wa Ashhabihil Muhtadiin wat Tabi’ina Lahum bi Ihsaanin ilaa Yaumiddiin.
“Muhammad Rasulullah Saw., semoga Allah memuliakannya, menyanjungnya. Dan semoga Allah meridloi keluarganya yang suc, sahabatnya yang mendapat petunjuk serta yang mengikuti mereka dengan kebaikan hingga Hari Kiamat.”
24. Al-Ikhlas 3x, Al-Falaq 1x, An-Naas 1x
25. (At-Taubat 128-129) Laqod Jaakum Rosuulum min Anfusikum ‘Ajizun ‘Alaih, Maa ‘Anittum Hariisun ‘Alaikum bil Mu’miniina Rouufur Rohiim. Faing Tawallau Faqul Hasbiyallohu Laa Ilaaha Illaa Huwa ‘Alaihi Tawakaltu wa Huwa Robbul ‘Arsyil ‘Adhiim”
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min”. jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah : “Cukuplah Allah bagiku tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan hanya Dia adalah Tuhan Yang Memiliki Arasy Yang Agung.
26. (Al-Ahzab : 56) Inalloha wa Malaaikatahuu Yusholluuna ‘Allan Nabiy. Ya Ayyuhal ladziina Aamanuu Sholluuu ‘Alaihi wa Sallimuu Tasliimaa
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman bershalawatlah kamu sekalian dan bersalamlah dengan salam untuknya”.
27. Allohumma Sholli ‘Alaa Sayyidinaa Muhammad #
Allohumma Sholli ‘Alaihi wa Sallim
Allohumma Sholli ‘Alaa Sayyidinaa Muhammad #
Yaa Robbi Sholli ‘Alaihi wa Sallim
Allohumma Sholli ‘Alaa Habibika Sayyidinaa Muhammad#
Wa ‘Aalihii wa Shohbihi wa Sallim
Allohumma Sholli ‘Alaa Habibika Sayyidinaa Muhammad #
Wa ‘Aalihii wa Ashhabihi wa Barrik wa Sallim Ajma’iin
28. Sholalloh ‘Alaa Muhammad # Sholalloh ‘Alaa Muhammad
Sholalloh ‘Alaa Muhammad # Sholalloh ‘Alaa Muhammad
Sholalloh ‘Alaa Muhammad # Sholalloh ‘Alaihi wa Sallam
Sholalloh ‘Alaa Muhammad # Sholalloh ‘Alaihi wa Sallam
Yaa Nabii Salaam ‘Alaika # Ya Rosul Salaam “alaika
Yaa Habiib Salaam ‘Alaika # Sholawatulloh ‘Alaika
Mahalul Qiyaam
Asyroqol Kaunub Tihaajaa # Biwujuudil Musthofah Mad
Wa Liahlil Kauni Ungsun # Wa Sururun Qod Tajaddad
Alam bersinar-sinar bersuka ria # Menyambut kelahiran al-Muasthafa Ahmad
Riang gembira meliputi penghuninya # Sambung menyambung tiada hentinya
Fathroobuu Yahlal Matsaanii # Fahazaarul Yumni Ghorrod
Wastadlii’u Bi Jamaalin # Faaqo Fil Husni Tafarrod
Bergembiralah wahai pengikut Al-Qur’an # Burung-burung kemujuran kini berkicauan
Bersuluh dengan sinar keindahan # Mengungguli semua yang indah tiada bandingan
Walanal Busyroo bi Sa’din # Mustamirrin Laisa Yanfad
Haitsu Uutiinaa ‘Athooaa # Jama’al Fahrol Mu’abbad
Kini wajiblah bersuka cita # Dengan keberuntungan terus menerus tiada habisnya
Manakala kita beroleh anugerah # Padanya terpadu kebanggaan abadi
Falirobbi Kullu Hamdin # Jalla Ayyahsurohul ‘Ad
Idz Habaanaa Biwujuudi # Al-Musthofal Haadii Muhammad
Bagi Tuhanku segala puji # Tiada bilangan mampu mencakupnya
Atas penghormatan di limpahkan-Nya bagi kita # dengan lahirnya al-Musthafa al-Hadi Muhammad
Yaa Rosuulalloohi Ahlan # Bika Inna Bika Nus’ad
Wabijaahihi Yaa Ilaahii # Jud Wa Ballig Kulla Maqshod
Ya Rasulullah, selamat dating ahlan wasahlan # Sungguh kami beruntung dengan kehadiranmu
Ya Allah, Ya Tuhan kami # Semoga kau berkenan memberikan nikmat karunia-Mu
Menyampaikan kami ke tujuan idaman # Demi ketinggian derajat Rasul disisi-Mu
Wahdinaa Nahja Sabiilih # Kai Bihi Nus’ad Wa Nursyad
Robbi Ballignaa Bijaahih # Fi Jiwaarihi Khoiril Maq’ad
Tunjukilah kami jalan yang ia tempuh # agar dengannya kami bahagia broleh kebaikan melimpah
Rabbi, demi mulia kedudukannya di sisi-Mu # Tempatkanlah kami di sebaik tempat, disisinya
Wa Sholaatilloohi Tagsya # Asyofal Rusli Muhammad
Wa Salaamun Mustamirrun # Kullu Hiinin Yatajaddad
Semoga Shalawat Allah Meliputi selalu # Rasul termulia, Muhammad
Serta salam terus menerus # Silih berganti setiap saat
Langganan:
Postingan (Atom)